PERTANIAN ORGANIK
SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN
AKIBAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
ARTIKEL
UNTUK
MEMENUHI UAS MATAKULIAH
Geografi
Sosial
yang
dibina oleh Drs. Djoko Soelistijo, M. Si
oleh
Ahmad
Salimudin 140721600658
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS ILMU
SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
S1 PENDIDIKAN
GEOGRAFI
Desember 2014
PERTANIAN ORGANIK
SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN
AKIBAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Ahmad
Salimudin
ABSTRAK
Perubahan sosial akan memberi
dampak negatif bagi kehidupan masyrakat maupun lingkungan alam sekitar di
samping terdapat dampak positifnya. Dampak negatif dari perubahan sosial
terutama dalam bidang teknologi akan lebih terasa pada pemanfaatan lahan pertanian.
Seiring dengan perubahan sosial yang terjadi pada bidang teknologi maka
pengunaan alat-alat modern dan obat-obatan dalam pengolahan pertanian akan
semakin meningkat. Dapat diketahui bahwa pertanian menjadi kekuatan pangan di
Indonesia. Sebagai hal yang sangat vital di Indonesia, pertanian yang sehat
menjadi bagian dari pelestarian lingkungan alam. Upaya peningkatan
produktivitas dan mutu produk yang sesuai dengan dinamika lingkungan diharapkan
dapat dilakukan melalui penelitian bioteknologi. Manipulasi potensi genetik
melalui penelitian biologi molekuler, mikrobiologi, bioproses, kultur jaringan
dan rekayasa genetika harus dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan maka harus
dilakukan bioteknologi.
Kata kunci: perubahan sosial, nanotekonologi, pertanian organik,
pestisida.
PENDAHULUAN
Bagian ini menguraikan tentang
latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan makalah. Paparan lebih lanjut
sebagai berikut.
A.
Latar
Belakang
Samuel
Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau
sebab-sebab ekstern. Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah
segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat
yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan
pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur
atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan
tertentu ke keadaan yang lain. Pertanian merupakan obyek vital yang dapat
dirasakan dampak dari perubahan sosial dalam bidang teknologi. Kemajuan
teknologi dalam bidang pertanian mempunyai dampak negatif bagi kelestarian
lingkungan hidup. Maka dari itu perlu adanya model pengolahan lahan pertanian
yang ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi
kerusakan lingkungan. Model pertanian organik dirasa cocok untuk diterapkan
pada era modern saat ini. Pertanian organik juga ramah terhadap perubahan
sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.
Apa
sebenarnya perubahan sosial budaya itu?
2.
Apa saja upaya yang dapat dilakukan
untuk melestarikan lingkungan akibat perubahan sosial budaya terutama dalam
bidang pertanian?
3.
Apa itu pertanian organik?
C.
Tujuan
Penulisan
Mengacu
pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.
Memaparkan
tentang perubahan sosial budaya.
2.
Memaparkan
upaya untuk melestarikan lingkungan pada bidang pertanian sebagai dampak
perubahan sosial budaya.
3.
Memaparkan
tentang pertanian organik.
D.
PEMBAHASAN
PERTANIAN ORGANIK
Perubahan sosial budaya adalah
perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas,
dapat menyangkut struktur sosial atau pola nilai dan norma serta peranan.
Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah semua perubahan sosial yang
terjadi pada lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi
sistem sosialnya dan mencakup di dalamnya nilai-nilai dan pola-pola perilaku di
antara kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat.
Perubahan sosial budaya tersebut
nampaknya tidak hanya memengaruhi kehidupan masyarakat dari segi kehidupan
sosialnya saja, namun juga dari segi lingkungan. Indonesia sebagai negara
agraris nampaknya masih mempunyai lahan pertanian yang cukup luas walaupun
kenyataannya lahan pertanian di Indonesia mengalami pengurangan luas. Sebagai
negara agraris maka sektor utama masyarakat Indonesia adalah sebagai petani.
Pertanian merupakan sektor yang paling vital bagi kelangsungan hidup manusia.
Dengan dikatakan sebagai sektor yang sangat vital bagi kehidupan maka pertanian
akan terus mengalami perkembangan dalam pengolahannya.
Penggunaan teknologi yang serba canggih
dalam pertanian tentu saja akan berdampak pada kehidupan sosial dan alam
sekitar. Dampak positifnya adalah bahwa kegiatan dalam pertanian akan semakin
efisien dan lebih menghemat waktu. Namum apakah penggunaan teknologi selalu
berdampak positif ? Setiap perubahan pasti akan mendatangkan dampak negatif
dalam kehidupan sehari-hari terutama pada lingkungan sekitar. Penggunaan pestisida
pada pertanian misalnya. Penggunaan pestisida dalam pertanian ditujukan untuk
mematikan hama. Padahal jika hama itu dimatikan, akan berdampak pada rantai
makanan nantinya.
Penggunaan pestisida yang tidak terkontrol bisa
mengontaminasi pengguna secara langsung sehingga mengakibatkan keracunan. Dampak
pestisida bagi konsumen umumnya berbentuk keracunan kronis yang tidak segera
terasa. Namun, dalam jangka waktu lama mungkin bisa menimbulkan gangguan
kesehatan. Meskipun sangat jarang, pestisida dapat pula menyebabkan keracunan
akut, misalnya dalam hal konsumen mengkonsumsi produk pertanian yang mengandung
residu dalam jumlah besar. Pestisida juga memiliki dampak terhadap lingkungan,
dampaknya antara lain:
a. Bagi Lingkungan Umum
1) Pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara).
2) Terbunuhnya organisme non target karena
terpapar secara langsung.
3) Terbunuhnya organisme non target karena
pestisida memasuki rantai makanan.
4) Menumpuknya
pestisida dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan (bioakumulasi)
5) Pada kasus pestisida yang
persisten (bertahan lama), konsentrasi pestisida dalam tingkat trofik rantai
makanan semakin keatas akan semakin tinggi (bioakumulasi).
6) Penyederhanaan
rantai makanan alami.
7) Penyederhanaan
keragaman hayati.
8) Menimbulkan
efek negatif terhadap manusia secara tidak langsung melalui rantai makanan.
b. Bagi Lingkungan Pertanian
1) OPT menjadi kebal terhadap suatu pestisida
(timbul resistensi OPT terhadap pestisida)
2) Meningkatnya
populasi hama setelah penggunaan pestisida
3) Timbulnya
hama baru, bisa hama yang selama ini dianggap tidak penting maupun hama yang
sama sekali baru.
4) Terbunuhnya
musuh alami hama.
5) Perubahan
flora, khusus pada penggunaan herbisida.
6) Fitotoksik
(meracuni tanaman)
Kalau kita lihat bahwa pestisida akan berpengaruh
terhadap lingkungan, apakah penggunaan traktor dan alat perontok padi juga
mempunyai dampak terhadap lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat ?
Nampaknya penggunaan alat perontok padi memiliki dampak negatif dalam kehidupan
sosial dan budaya masyarakat dari pada ke arah lingkungan. Pada zaman dahulu
masyarakat Indonesia pada khususnya, pada saat memanen padi padi pasti selalu
bersama-sama (bergotong royong) dengan kerabat ataupun dengan para tetangganya.
Namun dengan masuknya mesin yang dapat memisahkan butir padi dari tangkainya
perlahan-lahan gotong-royong tersebut mulai hilang. Petani yang tadinya sangat
menjunjung tinggi solidaritas dan nilai kebersamaan kini perlahan mulai menjadi
petani yang individual.
Namun pengaruh terbesar perubahan sosial budaya terletak
pada kerusakan lingkungan alam sekitar. Maka dalam bidang pertanian diperlukan
pemahaman tentang penggunaan lahan yang tepat agar dapat menguntungkan tetapi
tetap ramah lingkungan dan tidak memudarkan nilai-nilai budaya dalam masyarakat
tersebut. Baru-baru ini telah ditemukan teknologi nano dalam bidang pertanian
yang lebih ramah lingkungan dari pada pestisida. Melihat
kualitas pertanian di Indonesia yang seperti ini, memang sangat dibutuhkan
teknologi yang dapat membantu dan mempermudah pertanian. Teknologi itu nantinya
diharapkan mampu menjadikan pertanian di Negara Indonesia kembali pada kualitas
yang baik dan dapat mengembangkan sumber daya manusia.
Badan Litbang
Pertanian telah melakukan beberapa penelitian dan dapat disimpulkan bahwa
teknologi nano sangat dipercaya untuk mendapatkan hasil pertanian yang
memuaskan. Teknologi Nano awalnya hanya digunakan pada kosmetika, tetapi
karena penelitian yang dilakukan oleh badan Litbang pertanian, teknologi ini
juga dapat digunakan dalam bidang pertanian. Teknologi Nano dapat mengembangkan
unsur hara dalam tanah yang berukuran nano dan dapat juga digunakan untuk
pengendalian hama dan penykit tanaman. Teknologi yang bekerja pada dimensi 10
pangkat minus 9 ini dapat mengembangkan pertanian masa depan. Dan kenyataannya
memang pada zaman sekarang ini diperlukan adanya teknologi yang mampu
mengembangkan mutu pertanian di Indonesia agar mendapatkan hasil pertanian yang
baik dan memuaskan. karena sumber kehidupan manusia juga bergantung pada
kualitas pertanian.
Nanoteknologi
merupakan bidang yang sangat multidisiplin, mulai dari fisika terapan, ilmu
material, sains koloid dan antarmuka, fisika alat, kimia supramolekul, mesin
pengganda-diri dan robotika, teknik kimia, teknik mesin, rekayasa biologi,
teknologi pangan dan tekno elektro. Nanoteknologi dideskripsikan sebagai ilmu
mengenai sistem serta peralatan berproporsi
nanometer. Satu nanometer sama dengan seperjuta milimeter.
Karena ukurannya yang teramat kecil, tren dalam nanoteknologi condong ke
pengembangan sistem dari bawah ke atas (bukan atas ke bawah). Maksudnya para
ilmuwan dan teknisi tidak menggunakan materi berukuran besar lalu memotongnya
kecil-kecil, tapi menggunakan atom serta molekul sebagai materi blok pembuatan
yang fundamental.
Nano teknologi
ini, sudah di aplikasikan dalam bidang teknologi pertanian misalnya dalam
Nano-modifikasi benih dan pupuk / pestisida, teknik pengemasan makanan, energy
ramah lingkungan dan teknik jaringan, Nanoteknologi dapat membantu untuk
mereproduksi atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan “Tissue engineering”
yang menggunakan proliferasi sel secara artifisial distimulasi dengan
menggunakan nanomaterial berbasis perancah yang sesuai dan faktor pertumbuhan.
Teknik jaringan akan menggantikan pengobatan konvensional saat ini seperti
transplantasi organ atau implan buatan.
Dengan adanya
nano teknologi dalam pertanian akan dapat m eningkatkan produktivitas
pertanian, kualitas produk, penerimaan konsumen dan efisiensi penggunaan sumber
daya. Akibatnya, ini akan membantu mengurangi biaya pertanian, meningkatkan
nilai produksi dan meningkatkan pendapatan pertanian. Ini juga akan menyebabkan
konservasi dan meningkatkan kualitas sumber daya alam dalam sistem produksi
pertanian. Selain itu nano teknologi juga diaplikasikan di berbagai bidang
seperti kimia dan lingkungan, kedokteran (nanoteknologi biomedis,
nanobiotechnology, dan nanomedicine, Informasi dan komunikasi (nanoRam),
konstruksi, tekstil, optic dll.
Kecanggihan
teknologi ini bukan berarti meniadakan dampak negatif. Salah satu hal yang
ditakuti para ilmuan adalah kemampuan self replicant, sebagai contoh dibuat
produk untuk membasmi virus pada tubuh manusia contohnya kanker namun bila
antivirus ini tidak terkontrol untuk sifat self replicant maka dapat
membahayakan tubuh manusia yang memakainya. Serta hal negative lain yang
mungkin terjadi, contohnya pembuatan bom yang dirancang sedemikian rupa dengan
ukuran superkecil dengan kemampuan daya ledak yang besar. Diperlukan
kesetimbangan intelektual dan moral dalam mengaplikasikan teknologi ini.
Kolaborasi dari
nanobioteknologi dan nanomaterial mengkaji tentang susunan genetika tanaman
serta rekayasa jaringan untuk menghasilkan varietas tanaman yang kebal terhadap
perubahan iklim. Dari informasi genetik yang diperoleh, nanobioteknologi mengupayakan
untuk menginsersi DNA unggul (DNA yang mempunyai sifat tahan terhadap perubahan
klim) untuk ditanamkan (transplantasi) pada modus DNA sel tanaman yang akan
dijadikan induk. Dalam kajian yang lebih luas, ternyata nanoteknologi dalam
pertanian juga menangani ranah perunutan penyakit tanaman dan intensifikasi
pemupukan. Perunutan penyakit tanaman dilakukan dengan teknik penyisipan
partikel berukuran nano (sebagai pelacak) ke dalam tubuh tanaman dan dibiarkan
menyebar ke seluruh jaringan untuk mendeteksi lokasi sumber penyakit berada.
Setelah sumber penyakit ditemukan, maka pengobatan akan lebih efektif dan
efisien.
Teknologi nano
bisa membawa manfaat besar dan mendalam pada sistem pemupukan dan perlindungan
tanaman dengan kepraktisan, ketepatan, efisiensi dan penghematan, makalah
diskusi IFPRI mengungkapkan berdasarkan berbagai hasil penelitian di
mancanegara. Diutarakan, efisiensi penggunaan nitrogen pada sistem konvensional
fertilizer saat ini rendah, kehilangan mencapai sekitar 50-70%. Pupuk nano
memiliki peluang untuk mengurangi secara sangat berarti dampak terhadap energi,
ekonomi dan lingkungan dengan cara mengurangi kehilangan nitrogen oleh
perembesan, emisi dan pergabungan jangka panjang dengan mikroorganisme tanah.
Kelemahan ini bisa diatasi dengan sistem pelepasan pupuk menggunakan teknologi
nano.
Sistem
pelepasan hara pada teknologi nano memanfaatkan bagian-bagian tanaman yang
berskala nano yang porous yang bisa mengurangi kehilangan nitrogen. Pupuk yang
dienkapsulasi dalam prtikel nano akan meningkatkan penyerapan hara. Pada
generasi lanjut pupuk nano, pelepasan pupuk bisa dipicu dengan kondisi
lingkungan atau dengan pelepasan pada waktunya. Pelepasan pupuk dengan lambat
dan terkendali berpotensi menambah efisiensi penyerapan hara.Pupuk nano yang
menggunakan bahan alami untuk pelapisan dan perekatan granula pupuk yang bisa
larut memberi keuntungan karena biaya pembuatannya lebih rendah dibanding pupuk
yang bergantung pada bahan pelapis hasil manufaktur. Pupuk yang dilepas dengan
lambat dan terkendali bisa pula memperbaiki tanah dengan cara mengurangi efek
racun yang terkait dengan aplikasi pupuk secara berlebihan. Pada teknologi nano
yang sedang dikembangkan sekarang, zeolit telah dipergunakan sebagai pemeran
mekanisme pelepasan pupuk.
Adapun penggunaan
teknologi nano pada penjelasan diatas masih mempunyai dampak negatif pada
kehidupan dan alam sekitar. Cara yang lain dalam bidang pertanian yang dapat
melestarikan lingkungan walaupun dengan penggunaan teknologi modern adalah
pertanian organik. Ada dua pemahaman tentang pertanian organik yaitu
dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik dalam artian sempit
yaitu pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia. Mulai dari perlakuan untuk
mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit sampai
perlakuan pascapanen tidak sedikiti pun melibatkan zat kimia, semua harus bahan
hayati, alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti yang luas, adalah sistem
produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau
membatasi penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk kimia/pabrik, pestisida,
herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan). Dengan tujuan untuk
menyediakan produk – produk pertanian (terutama bahan pangan) yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumen serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan
menjaga siklus alaminya.
Prinsip-prinsip pertanian organik merupakan dasar bagi
pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip – prinsip ini berisi
tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan
merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara
global. Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia,
karena semua orang perlu makan setiap hari. Nilai – nilai sejarah, budaya dan
komunitas menyatu dalam pertanian.
Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan
pengertian luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan
hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan dan menyalurkan pangan dan produk
lainnya. Prinsip – prinsip tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan
dengan lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan
untuk generasi mendatang.
Pertanian
organik didasarkan pada:
1.
Prinsip kesehatan
2.
Prinsip ekologi
3.
Prinsip keadilan
4.
Prinsip perlindungan
Setiap prinsip dinyatakan melalui suatu pernyataan disertai
dengan penjelasannya. Prinsip – prinsip ini harus digunakan secara menyeluruh
an dibuat sebagai prinsip – prinsip etis yang mengilhami tindakan.
1. Prinsip
Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan
kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak
terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan
komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan
menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan
memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh,
keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat. Peran
pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi
bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan
organisme, dari yang terkecil yang berada di alam tanah hingga manusia. Secara
khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi
dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.Mengingat
hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan
bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.
2. Prinsip
Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus
ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus
ekologi kehidupan. Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem
ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses
dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi
suatu lingkungan produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan
tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme
laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan
produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di
alam. Siklus – siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat
spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi,
budaya dan skala lokal. Bahan – bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara
dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan – bahan dan energi
secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber
daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis
melalui pola sistem pertanian, pembangunan habitat, pemeliharaan keragaman
genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau
mengkonsumsi produk – produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan
bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat,
keragaman hayati, udara dan air.
3. Prinsip
Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu
menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan
dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan
dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk
hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam
pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan
adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja,
pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik
bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan
pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan
kecukupan dan ketersediaan pangan ataupun produk lainnya dengan kualitas yang
baik.
Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus
dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik,
alamiah dan terjamin kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang
digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil
secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan
memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan
mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.
4. Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati – hati dan
bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi
sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan
suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang
bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong
meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan
kesehatan dan kesejahteraannya.
Karenanya, teknologi baru dan metode – metode yang sudah ada
perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman
ekosistem dan pertanian yang tidak utuh. Prinsip ini menyatakan bahwa
pencegahan dan tanggung awab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan,
pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. lmu pengetahuan
diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman
dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring
waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional
menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko
merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak
dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering).
segala keputusan harus mempertimbangkan nilai – nilai dan kebutuhan dari semua
aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses – proses yang
transparan dan artisipatif.
Praktek-praktek
pertanian organik, setidaknya terdapat kaidah-kaidah utama yang harus dipatuhi.
Berikut uraian singkatnya:
1. Penyiapan lahan
Lahan untuk
pertanian organik harus terbebas dari residu pupuk dan obat-obatan kimia
sintetis. Proses konversi lahan dari pertanian konvensional ke pertanian
organik membutuhkan waktu setidaknya 1-3 tahun. Selama masa transisi, produk
pertanian yang dihasilkan belum bisa dikatakan organik karena biasanya masih
mengandung residu-residu kimia. Hal lain yang harus diperhatikan adalah
lingkungan disekitar lahan. Pencemaran zat kimia dari kebun tetangga bisa
merusak sistem pertanian organik yang telah dibangun. Zat-zat pencemar bisa
berpindah ke lahan organik kita karena dibawa oleh air dan udara.
Selain zat
pencemar, pemakaian obat-obatan dari kebun tetangga bisa menyebabkan hama dan
penyakit lari ke lahan pertanian organik. Tentunya hama akan mencari lahan-lahan
yang bebas racun, dan sialnya kebun organik akan menjadi sasaran empuk. Untuk
menyiasati hal tersebut, bisa menggunakan tanaman pagar. Beberapa jenis tanaman
pagar memiliki kemampuan sebagai penyerap bau, bahan kimia, dan pengusir hama.
Selain itu, hijauan dari tanaman pagar bisa digunakan sebagai bahan pupuk
organik.
2. Kondisi
pengairan
Kondisi
pengairan atau irigasi menjadi penentu juga dalam pertanian organik. Akan
menjadi sia-sia apabila kita menerapkan pertanian organik sementara air yang
mengaliri lahan kita banyak mengandung residu bahan kimia. Tentunya lahan kita
beresiko tercemar zat-zat tersebut. Pada akhirnya produk pertanian organik kita
tidak steril dari racun-racun kimia.
Untuk mengakali
hal ini, pilih lahan yang mempunyai pengairan langsung dari mata air terdekat.
Kalau sulit kita bisa mengambil air dari saluran irigasi yang agak besar. Kadar
residu kimia dalam saluran air yang besar biasanya sangat rendah, dan airnya
masih bisa digunakan untuk pertanian organik. Hindari mengambil air dari limpahan
kebun atau sawah konvensional.
Selain itu, bisa juga dibuat unit
pemurnian air sendiri. Air dari saluran irigasi ditampung dalam sebuah kolam
yang telah direkayasa. Kemudian air keluaran kolam dipakai untuk mengairi kebun
organik.
3.
Penyiapan benih tanaman
Benih yang
digunakan dalam pertanian organik harus berasal dari benih organik. Apabila
benih organik sulit didapatkan, untuk tahap awal bisa dibuat dengan
memperbanyak benih sendiri. Perbanyakan bisa diambil dari benih konvensional. Caranya
dengan membersihkan benih-benih tersebut dari residu pestisida. Untuk
menjadikannya organik, tanam benih tersebut lalu seleksi hasil panen untuk
dijadikan benih kembali. Gunakan kaidah-kaidah pemuliaan dan penangkaran benih
pada umumnya.
Jangan
mengawetkan benih dengan pestisida, fungisida atau hormon-hormon sintetis.
Gunakan metode tradisional untuk mengawetkannya. Benih yang dihasilkan dari
proses ini sudah bisa dikatakan benih organik.
Hal yang perlu dicatat, benih hasil
rekayasa genetika tidak bisa digunakan untuk sistem pertanian organik.
4. Pupuk dan
penyubur tanah
Pemupukan dalam
pertanian organik wajib menggunakan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang
diperbolehkan adalah pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos dan variannya,
serta pupuk hayati.
Pertanian organik juga bisa
menggunakan penyubur tanah atau disebut juga pupuk hayati. Penyubur tanah ini
merupakan isolat bakteri-bakteri yang bisa memperbaiki kesuburan tanah. Saat
ini pupuk hayati banyak dijual dipasaran seperti EM4, Biokulktur, dll. Pupuk
hayati juga bisa dibuat sendiri dengan mengisolasi mikroba dari bahan-bahan
organik.
Dalam permentan
bahan-bahan tambang mineral alami seperti kapur dan belerang masih ditoleransi
untuk digunakan pada pertanian organik. Berikut daftar bahan mineral yang bisa digunakan
dalam pertanian organik:
- Dolomit
- Gipsum
- Kapur khlorida
- Batuan fosfat
- Natrium klorida
5.
Pengendalihan hama dan penyakit
Pengendalian
hama dalam pertanian organik sebaiknya menerapkan konsep pengendalian hama
terpadu. Hal-hal yang terlarang adalah menggunakan obat-obatan seperti
pestisida, fungisida, herbisida dan sejenisnya untuk membasmi hama.
Pengendalian organisme penganggu
tanaman bisa memanfaatkan:
- Pemilihan varietas yang cocok
- Rotasi tanaman
- Menerapkan kultur teknis yang baik, seperti pengolah tanah, pemupukan, sanitasi lahan, dll.
- Memanfaatkan musuh alami atau predator hama
- Menerapkan eksosistem pertanian yang beragam, tidak monokultur
Apabila
terpaksa, misalnya terjadi ledakan hama atau penyakit, bisa digunakan juga
pemberantasan hama dengan pestisida alami atau pestisida organik.
6.
Penanganan pasca panen
Proses
pencucian atau pembersihan produk hendaknya menggunakan air yang memenuhi
standar baku mutu organik. Hindari air yang sudah tercemar zat-zat kimia
sintetsis. Gunakan juga peralatan yang tidak terkontaminasi zat-zat kimia. Dalam
penyimpanan dan pengangkutan produk organik sebaiknya tidak dicampur dengan
produk non organik. Untuk memberikan nilai tambah, sebaiknya kemas
produk-produk organik dengan bahan yang ramah lingkungan dan bisa di daur
ulang.
7.
Sertifikasi pertanian organik
Untuk
kepentingan pemasaran dan meningkatkan kepercayaan konsumen, ada baiknya produk
organik disertifikasi. Dewasa ini banyak lembaga yang bisa memberikan
sertifikasi organik. Mulai dari yang berbayar hingga gratis. Kedepannya,
Permentan Sistem Pertanian Organik akan mengatur lembaga-lembaga sertifikasi
organik. Tujuannya untuk memudahkan kontrol dan melindungi konsumen pangan
organik. Sebagai petani produsen, kita harus pandai-pandai dalam memilih
sertifikasi organik. Kita harus bijak dalam mengeluarkan biaya sertifikasi.
Jangan sampai biaya sertifikasi menjadi beban.
Selain
sertifikasi, bisa dikembangkan alternatif lain untuk meyakinkan konsumen dengan
kampanye. Misalnya gerakan untuk membeli pangan lokal, semakin lokal semakin
baik. Jalinlah komunikasi dengan konsumen secara langsung. Undanglah sesekali
konsumen untuk melihat kebun produksi. Know your farm is know your food!
8.
Pemasaran pertanian organik
Pola pemasaran
produk pertanian organik bisa menggunakan pola lama ataupun pola-pola baru.
Hasil pertanian organik masih bisa bersaing dipasar konvensional, karena meski
biaya operasionalnya lebih besar tapi inpu-input produksinya lebih murah. Namun
apabila ingin mendapatkan insentif harga sebaiknya dijual ke pasar moderen atau
penjualan langsung.
Pengembangan pertanian organik harus mengacu kepada prinsip –
prinsip organik (prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan dan
prinsip perlindungan) agar mendapatkan hasil pangan yang bermutu serta aman
dikonsumsi.
Berdasarkan
pertimbangan pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia pada saat ini, ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pertanian
alternatif:
1.
Keragaman daur-ulang limbah organik dan pemanfaatannya
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
2.
Memadukan sumber daya organik dan anorganik pada sistem
pertanian di lahan basah dan lahan kering.
3.
Mengemangkan sistem pertanian berwawasan konservasi di
lahan basah dan lahan kering.
4.
Memanfaatkan bermacam – macam jenis limbah sebagai
sumber nutrisi tanaman.
5.
Reklamasi dan rehabilitasi lahan dengan menerapkan
konsep pertanian organik.
6.
Perubahan dari tanaman semusim menjadi tanaman keras di
lahan kering harus dipadukan dengan pengembangan ternak, pengolahan minimum dan
pengolahan residu pertanaman.
7.
Mempromosikan pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh
pertanian untuk memperbaiki citra dan tujuan pertanian organik.
8.
Memanfaatkan kotoran ternak yang berasal dari unggas,
babi, ayam, itik, kambing, dan kelinci sebagai sumber pakan ikan.
Sesuai dengan prinsip – prinsip pertanian organik, ada sebuah
metode pengembangan pertanian yang dikenal sebagai metode bertani ‘tanpa
bekerja’ dikembangkan di Jepang oleh seorang petani Jepang yang berlatar
belakang ahli mikrobiologi (mantan seorang ilmuwan laboraturium). Ada empat
azas bertani alami yang dipraktikan, yaitu :
1.
Tanpa pengolahan, yaitu tanpa membajak atau membalik
tanah.
Tanah
sebenarnya mampu mengolah dirinya melalui penetrasi akar – akar tumbuhan,
aktivitas mikroorganisme, binatang – binatang kecil dan cacing – cacing tanah.
2.
Tanpa pupuk kimia atau kompos yang dipersiapkan.
Kebutuhan
pupuk untuk tanaman bisa dipenuhi dengan tanaman penutup tanah semisal
leguminose, kacang – kacangan dan mengembalikan jerami ladang dengan ditambah
sedikit kotoran unggas. Jika tanah dibiarkan pada keadaannya sendiri, tanah
akan mampu menjaga kesuburannya secara alami sesuai dengan daur teratur dari
tumbuhan dan binatang.
Jika tanah dibiarkan
secara alami, maka kesuburannya alaminya akan naik. Sisa – sisa bahan organik
dari tumbuhan dan binatang membusuk, oleh air hujan zat – zat hara masuk ke
dalam tanah, diserap tanaman dan menjadi makanan mikroorganisme.
3.
Tanpa menghilangkan gulma dengan pengerjaan tanah atau
herbisida.
Pada
dasarnya gulma mempunyai peranan dalam menyeimbangkan komunitas biologi dalam
membangun kesuburan tanah. Gulma – gulma itu cukup dikendalikan ukan
dihilangkan. Mulsa jerami, tanaman penutup tanah, penggenangan air sementara
merupakan cara pengendalian gulma yang efektif.
4.
Tidak tergantung dari bahan – bahan kimia.
Ketika
praktik – praktik bertani yang tidak alami dengan pemupukan, pengolahan tanah,
pemberantasan gulma maka ketidakseimbangan penyakit dan hama menjadi masalah
serius. Hama dan penyakit memang tidak dipungkiri dapat memberi kerugian tetapi
masih dalam batas – batas yang tidak memerlukan penggunaan zat – zat kimia
(pestisida). Pendekatan yang arif adalah dengan menanam tanaman yang lebih
tahan terhadap hama dan penyakit pada sebuah lingkungan yang sehat. Penggunaan
bahan kimia hanya efektif untuk sementara waktu, pada saatnya akan menyebabkan
terjadinya ledakan hama yang lain karena keseimbangan bioligis terganggu karena
penggunaan bahan kimia tersebut.
v Kelebihan dalam Sistem
PertanianOrganik
1.
Meningkatan aktivitas organisme yang menguntungkan bagi
tanaman.
Mikroorganisme
seperti rizobium dan mikroriza yang hidup di tanah dan perakaran tanaman sangat
membantu tanaman dalam penyediaan dan penyerapan unsur hara. Juga banyak organisme
lain yang bersifat menekan pertumbuhan hama dan penyakit tanaman. Misalnya
pertumbuhan cendawan akar (Ganoderma sp, Phytopthora sp)
dapat ditekan dan dihalangi oleh organisme Trichoderma sp.
2.
Meningkatkan cita rasa dan kandungan gizi.
Cita rasa hasil
tanaman organik menjadi lebih menarik, misalnya padi organik akan menghasilkan
beras yang pulen, umbi – umbian terasa lebih empuk dan enak atau buah menjadi
manis dan segar. Selain itu pertanian organik juga meningkatkan nilai gizi.
Hasil uji laboraturium terhadap beras organik mempunyai kandungan protein, dan
lemak lebih tinggi daripada beras nonorganik. Begitu pula nasi yang berasal
dari beras organik bisa bertahan (tidak mudah basi) dua kali lebih lama
ketimbang nasi dan beras organik. Kalau biasanya nasi akan menjadi basi setelah
12 jam maka nasi dari beras organik bisa bertahan 24 jam.
3.
Meningkatkan ketahanan dari serangan organisme
pengganggu.
Karena
dengan penggunaan pupuk organik yang cukup maka unsur – unsur hara makro dan
mikro terpenuhi semua sehingga tanaman lebih kuat dan sehat untuk menahan
serangan beberapa organisme pengganggu dan lebih tahan dari serangan peryakit.
4.
Memperpanjang unsur simpan dan memperbaiki struktur.
Buah dan hasil
pertanian tidak cepat rusak atau akibat penyimpanan. Buah cabai misalnya akan
nampak lebih kilap dengan pertanian organik, hal ini bisa dipahami karena
tanaman yang dipupuk organik , secara keseluruhan bagian tanaman akan mendapat
suplai unsur hara secara lengkap sehingga bagian – bagian sel tanama termasuk sel
– sel yang menyusun buah sempurna.
5.
Membantu mengurangi erosi.
Pertanian organik
dengan pemakaian pupuk organik mejadikan tanah leih gembur dan tidak mudah
terkikis aliran air. Struktur tanah menjadi lebih kompak dengan adanya
penambahan bahan – bahan organik dan lebih tahan menyimpan air dibanding dengan
tanah yang tidak dipupuk bahan organik. Pada tanah yang miskin bahan organik,
air mudah mengalir dengan membawa tanah.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perubahan sosial budaya tampaknya tidak hanya memberikan
kontribusi negatif terhadap kehidupan sosial masyarakatnya namun juga
berpengaruh negatif terhadap lingkungan alam sekitar. Maka dari itu perlunya
upaya pelestarian lingkungan akibat dari perubahan sosial budaya. Salah satunya
dalam bidang pertanian yang menjadi obyek vital pada kehidupan masyarakat
Indonesia. Pengolahan lahan pertanian yang semakin hari semakin modern dapat
menyebabkan hilangnya keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu penting penggunaan
teknologi yang ramah lingkungan. Menggunakan teknologi nano untuk pemberian
pupuk misalnya, ataupun dengan melaksanakan pertanian organik yang lebih ramah
lingkungan. Pertanian organik memang tidak memberikan
reaksi instan pada hasil-hasil pertanian, akan tetapi dengan pelaksanaan
pertanian organik akan membawa pertanian berjangka panjang dan memberikan
solusi bagi tersedianya bahan pangan yang sehat. Ini tentu akan lebih
efisein dalam penggunaan lahan maupun untuk mengurangi dampak dari perubahan
sosial dalam bidang teknologi di masyarakat.
B.
Saran
Di
era pertanian modern sekarang ini, penerapan pertanian organik mutlak
diterapkan, secara gradual dan sistematis para petani sedikit demi sedikit
dikurangi ketergantungannya terhadap bahan-bahan kimia. Penerapan pertanian
organik bisa berjalan dengan beberapa syarat : pertama, ada political
will dari pemerintah dengan penerapan program-program pertanian organik, kedua,
didukung oleh tenaga penyuluh yang kompeten dan langsung terjun ke lapangan
(petani), ketiga, bekerja sama dengan lembaga riset/perguruan tinggi
untuk mendapatkan temuan-temuan baru di bidang pertanian organik. Kerjasama
dengan peneliti dan Perguruan Tinggi ini penting agar penemuan-penemuan hasil
penelitian iitu dapat diaplikasikan dalam bentuk nyata didunia pertnian, bukan
hanya sebagai karya ilmiah yang dibukukan dan dijadikan referensi di
perpustakaan-perpustakaan tanpa aplikasi nyata. Dengan terlaksanananya sistem
pertanian organik, berarti lepasnya ketergantungan petani dari pupuk dan obat-obatan
kimia, masa depan pertanian di Indonesia akan semakin baik, para petani bisa
mandiri serta produk pertanian jelas semakin berkualitas. Semoga.
DAFTAR PUSTAKA
Gede, Supawan
I. 2011. Dampak Penggunaan
Pestisida. (online), (http://pawanbagus.blogspot.com/2011/11/dampak-penggunaan-pestisida.html).
Diakses tanggal 3 Desember 2014.
Hariany, Rika. 2014. Iptek dan
Lingkungan Hidup. (online), (http://rikahariany.wordpress.com/2014/01/27/iptek-dan-lingkungan-hidup/).
Diakses tanggal 3 Desember 2014.
IAAS LC UNS. 2012. Pertanian
Organik Solusi Pertanian Modern. (online), (http://iaaslcuns.blogspot.com/2012/09/pertanian-organik-solusi-pertanian.html).
Diakses tanggal 3 Desember 2014.
Kurnia, Aldy. 2012. Perubahan
Sosial Budaya di Bidang Pertanian. (online), (http://feralzam.blogspot.com/2012/12/perubahan-sosial-budaya-di-bidang.html).
Diakses tanggal 3 Desember 2014.
Priyowidodo, Titis dan Cecep Risnandar._____. Memulai Usaha Pertanian Organik. (online), (http://alamtani.com/pertanian-organik.html).
Diakses tanggal 3 Desember 2014.
Rusman, dkk editor: Cahyo Budi Utomo. 1991. Dampak Sosial Budaya Akibat Menyempitnya Lahan Pertanian Daerah Jawa
Tengah. Dedikbud.
Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi
Pembangunan. Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta Bekerja Sama
dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Susanto, Astrid. S. 1985. Pengantar
Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta: Binacipta.
______. 2014. Penerapan Teknologi
Nano dalam Bidang Pertanian. (online), (http://nano.or.id/featured/penerapan-teknologi-nano-dalam-bidang-pertanian).
Diakses tanggal 3 Desember 2014.
______. 2007. Pertanian Organik.
(online), (http://yprawira.wordpress.com/pertanian-organik/).
Diakses tanggal 3 Desember 2014.
_______. 2013. Sistem
Pertanian Organik. (online), (http://jurnalorganik.blogspot.com/2013/05/sistem-pertanian-organik.html).
Diakses tanggal 3 Desember 2014.
_______.______. Perubahan
Sosial. (online), (https://wahyuaskari.wordpress.com/umum/perubahan-sosial/).
Diakses tanggal 3 Desember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar