Senin, 23 November 2015

 AGIHAN
, EVOLUSI, DAN FAKTOR PENGARUH PENYEBARAN TUMBUHAN DAN HEWAN



MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Geografi Tumbuhan dan Hewan
yang dibina oleh Prof. Dr. H. A. Fatchan, M.Pd, M.Si



oleh
                        Ahmad Salimudin                               140721600658
                        Daka Debrain Mambrasar                   140721602570
                        Desta Ratna Juwita                             140721606487
                        Diah Tri Puspitaning Palupi                140721604532



















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
September 2015
BAB I
PENDAHULUAN

Bagian ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan makalah. Paparan lebih lanjut sebagai berikut.

A.        Latar Belakang
Bumi adalah sebuah bola batu yang tertutup oleh air dan dibungkus oleh lapisan gas yang tipis. Kira-kira 280-225 juta tahun lalu semua benua masih tergabung dalam satu daratan yang sangat luas yang disebut dengan Pangea. Lalu sekitar 200 juta tahun yang lalu Pangea terbelah menjadi dua yakni Gondwana dan Laurasia. Gondwana kemudian terbelah membentuk benua Afrika, Antartika, Australia, Amerika Selatan, dan sub benua India. Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada saat benua ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya.
Masa antara 505 dan 440 juta tahun lalu, dikenal dengan nama Ordovician, dinamakan dari nama suku Celtic, Ordovices. Pada masa ini area utara daerah tropis hampir seluruhnya lautan, dan daratan pada masa itu tergabung dalam sebuah superbenua bernama Gondwana. Selama Ordivician, Gondwana bergerak ke arah Kutub Selatan dan banyak dari bagian benua tenggelam ke dalam lautan.
Pada masa Ordovician, tanaman pertama muncul. Tapi proses tersebut tidak berlangsung sampai akhir masa Silurian sebelum kemudian muncul tanaman modern. Secara umum sel eukariotik diasumsikan sebagai turunan nonfotosintetik dari Archaebacteria. Teori endsymbiosis menyatakan bahwa mitokondria (dan kloroplas) berasal dari simbiotik, aerobik eubakteri, dan dipengaruhi oleh leluhur dari sel-sel eukariotik.
Masa Ordivician lebih dikenal sebagai masa bermunculannya invertebrata-invertebrata laut, termasuk graptolit, trilobit, brachiopoda,dan conodont (vertebrata awal). Di samping itu termasuk alga hijau dan alga merah, ikan primitif, cephalopoda, coral, crinoida, dan gastropoda. Ledakan evolusi tersebut kemudian terpisah menjadi tiga jenis makhluk laut dalam waktu 50 juta tahun.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui pola persebaran vegetasi tumbuhan maupun hewan pada masa benua Laurasia dan Gondwana dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran (agihan) tersebut.

B.        Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumusakan masalah sebagai berikut.
1.   Bagaimana perkembangan bumi dan agihan makhluk hidup yang ada di dunia ini?
2.   Apa saja aspek yang mempengaruhi proses evolusi suatu makhluk hidup yang ada di muka bumi?
3.   Apa saja faktor intern dan ekstern yang menyebabkan penyebaran tumbuhan termasuk hewan yang ada di muka bumi?
4.   Bagaimana penyebaran tumbuhan dan hewan serta aspek yang memberi pengaruh?
5.   Bagaimana perubahan morfologis serta genetika tumbuhan dan hewan akibat modernisasi dan penerapan teknologi pertanian?

C.        Tujuan

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.   Memahami perkembangan bumi dan agihan makhluk hidup yang ada di dunia.
2.   Memaparkan aspek yang mempengaruhi proses evolusi suatu makhluk hidup yang ada di muka bumi.
3.   Memaparkan faktor intern dan ekstern yang menyebabkan penyebaran tumbuhan termasuk hewan yang ada di muka bumi.

4.   Memahami penyebaran beberapa jenis tumbuhan dan hewan sertan berbagai aspek yang memberi pengaruhnya.
5.   Memahami perubahan morfologis serta genetika tumbuhan dan hewan aibat modernisasi dan penerapan teknologi pertanian.



BAB II
PEMBAHASAN

A.           Agihan Makhluk Hidup dan Riwayat
1.             Perkembangan Bumi
Pada 280-225 juta tahun lalu semua benua masih tergabung dalam satu daratan yang sangat luas yang disebut dengan Pangea. Lalu sekitar 200 juta tahun yang lalu Pangea terbelah menjadi dua yaitu Gondwana dan Laurasia. Gondwana kemudian terbelah membentuk benua Afrika, Antartika, Australia, Amerika Selatan dan sub benua India. Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara.
Masa antara 505 dan 440 juta tahun lalu, dikenal dengan nama Ordovician, dinamakan dari suku Celtic, Ordovices. Pada masa tersebut area utara daerah tropis hampir semuanya lautan, dan dataran pada masa itu tergabung dalam sebuah super benua bernama Gondwana.
Pada masa Ordovician, tanaman pertama baru muncul. Tapi proses tersebut tidak berlangsung sampai akhir masa Silurian sebelum kemudian muncul tanaman modern. Secara umum sel eukariotik diasumsikan sebagai turunan nonfotosintetik dari archaebacteria.
Masa Ordivician lebih dikenal sebagai masa bermunculnya invertebrate laut, termasuk graptolite, trilobite, brachiopoda, dan conodot (vertebrata awal).
Persebaran flora dan fauna bisa terhambat oleh adanya fenomena geosfer, antara lain : gerakan lempeng, perubahan permukaan laut, munculnya pegunungan dan perubahan pola aliran. Pada umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi atau menghambat persebaran makhluk hidup adalah sebagai berikut.
1.             Iklim (Klimatik), unsur-unsure yang menghambat persebaran flora dan fauna adalah suhu, curah hujan, kelembapan udara, dan angin.
2.             Keadaan Tanah (Edafik), kondisi unsure hara tanah, tekstur tanah, tingkat kegemburan tanah, mineral hara, air tanah (porositas) dan kandungan udara sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan tumbuhan, sedangkan bagi binatang sangat berpengaruh pada pola makan.
3.             Kondisi geografis, dapat menjadi penghambat bagi persebaran flora dan fauna. Tinggi rendahnya permukaan bumi mempengaruhi pola penyinaran matahari. Bentang alam juga dapat menjadi penghambat berupa padang pasir, samudra sungai, dan pegunungan.
4.             Faktor biotik, yang menghambat persebaran bisa dikarenakan ulah manusia ataupun terjadinya perubahan habitat sehingga dapat menghambat kelangsungan hidup.
Untuk mengetahui persebaran flora dan fauna pada masa benua Laurasia maupun Gondwana terlebih dahulu harus diketahui tentang perkembangan makhluk hidup menurut periode zaman. Periode-periode evolusi makhluk hidup tersebut sebagai berikut :
a.              Periode Silurian (440 – 410 juta tahun yang lalu )
Periode Silurian, dinamakan sesuai dengan nama suku Celtic Silures. Saat beberapa tumbuhan dan hewan meninggalkan air dan berkoloni di darat untuk pertama kalinya. Tumbuhan dan hewan meninggalkan air karena hasil persaingan ekosistem di laut, melarikan diri dari predator, dan kemampuan beradapsi dengan daratan. Ketika tumbuhan dan hewan menetap di daratan mereka berkontribusi terhadap proses perubahan bumi secara fisik dan kimiawi, namun kehidupan di darat membutuhkan strategi yang beda dengan lautan.
Tanaman darat disebut vascular, dinamakan demikian karena mereka menggunakan sistem tabung dalam sirkulasi air dan nutrisi muncul sekitar 425 juta tahun yang lalu. Kebanyakan tumbuhan hanya beberapa sentimeter namun cukup tinggi untuk mencapai langit dan menangkap cahaya matahari dan melepaskan spora reproduksi ke angin. Dengan sistem akar yang lebih dalam dari tanaman awal (rizoid) serta sistem vertical yang kokoh, mereka sekarang mempunyai perlengkapan untuk mengolonisasi permukaan bumi.
b.             Periode Devonian (410 – 360 juta tahun yang lalu)
Periode Devonian dinamakan dari sebuah tempat di Inggris, Devonshire, di mana batu–batu pada masa ini diteliti. Pada masa Devonian, antropoda dan vertebrata awal melanjutkan kolonisasi di daratan dan memiliki masalah yang sama  dengan tanaman ketika pertama kali berkoloni. Kemajuan paling evolusioner dari masalah ini tidak hanya memungkinkan binatang dapat menginvasi daratan, tapi juga menyebar ke seluruh benua. Selama periode Devonian, bumi saat itu terdiri dari tiga benua utama besar.
Pada masa akhir periode Devonian, tanaman mulai tumbuh dengan akar dan daun, banyak dari mereka mulai tumbuh tinggi. Perkembangan yang deras dari kemunculan berbagai jenis pohon dan tumbuhan pada masa ini dikenal dengan “ledakan Devonian”.
c.              Periode Karboniferus (360 – 286 juta tahun yang lalu)
Periode Karboniferus dimulai sekitar 360 sampai 286 juta tahun yang lalu. Kata carboniferous diambil dari bahasa Inggris yang berarti “daerah yang kaya dengan kandungan karbon”. Pada kelompok kecil yang membentuk daratan luas dengan jembatan darat dari Eropa ke Amerika Utara, dan dari Afrika ke Amerika Selatan, Antartika dan Australia.
Pada masa ini, kondisi sangat mendukung pembentukan awal batu-bara (karbon), perkembangan biologis, geologis dan iklim bumi. Salah satu dari penemuan evolusioner terbesar dari periode karboniferus adalah amniotic egg di mana hal ini membuat reptil-reptil awal dari habitat air dan mengolonisasi daratan.
Hylonomus dan Paleothyris merupakan Cotylosaur awal (reptil primitif). Mereka berukuran sebesar kadal dengan tulang tengkorak mirip binatang amfibi, bahu, panggul, dan anggota tubuh serta gigi intermediate vertebrata. Sisanya seperti rangka reptil. Pohon–pohon sisa periode devonian di masa ini merupakan jenis tumbuhan yang paling mengubah bentuk pemandangan bumi, dengan lumut setinggi 30–40 meter, buntut kuda sampai dengan 15 meter, hampir setinggi pohon pakis.
d.             Periode Permian ( 286 – 248 juta tahun yang lalu)
Pada periode permian, benua-benua bergerak lebih mendekat dibandingkan masa karboniferus, dimana bagian utara dan bagian selatan superbenua Laurasia dan Gondwana mulai menyatu dan membentuk sebuah benua maha luas yang disebut Pangaea.
Lingkungan geografis periode Permian mencangkup area luas daratan dan lautan. Percobaan yang dilakukan memberikan kesimpulan bahwa kemungkinan besar daerah bagian dalam daratan beriklim kering, dengan iklim yang sangat fluktuatif, karena kurangnya daerah berair dan hanya sebagian daerah dari superbenua ini yang menerima curahan air hujan dalam setiap tahunnya.
Perbedaan antara masa paleozoikum dan mesozoikum terjadi pada periode akhir Permian yang ditandai dengan kepunahan besar-besaran yang pernah tercatat di bumi. Hal tersebut mempengaruhi banyak kelompok binatang di banyak lingkungan dan ekosistem. Namun yang paling banyak terpengaruh dari kepunahan misal tersebut dirasakan oleh komunitas laut yang menyebabkan kepunahan sampai 90-95 % dari spesies laut.
e.              Periode triasik ( 248 – 213 juta tahun lalu)
Periode triasik merupakan periode paling awal dari tiga era mesozoikum (triasik– jurasik–kretaceous). Dari berbagai sisi, masa triasik disebut sebagai masa transisi. Daratan–daratan dunia masih tergabung dalam sebuah super benua Pangaea, mengubah iklim global dan sirkulasi air laut. Banyak daratan gersang.
Organisme pada masa triasik dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : kelompok yang berhasil bertahan hidup setelah masa kepunahan pada akhir masa permian, kelompok baru yang tumbuh sebentar, dan kelompok baru yang akhirnya mendominasi masa mesozoikum. Yang termasuk kelompok yang berhasil bertahan hidup adalah tumbuh-tumbuhan seperti lycophyte dan glossopterid, dan reptilyang mirip mamalia seperti Dicyonodont.
f.               Periode Jurasik (213 – 145 juta tahun yang lalu)
Periode Jurasik adalah periode tengah di masa mesozoikum di tenggarai muncul sekitar 213 dan 145 juta tahun yang lalu. Dinamai sesuai dengan nama batuan pada masa ini ditemukan, Pegunungan jura, daerah antara Swiss dan Perancis. Jurasik masih sangat penting untuk disampaikan saat ini, selain banyak fosil yang ditemukan pada masa ini juga peranan ekonomi yang mengikutinya, ladang minyak banyak ditemukan, dibentuk pada masa ini.
Pada masa jurasik beriklim sedang,berkisar sekitar 8ºC lebih hangat dari iklim saat ini. Tidak ada gletser yang terbukti ada pada periode ini. Perlahan-lahan pada masa dedaunan ini beberapa jenis mamalia awal muncul,ukurannya masih sebesar tikus.
Di kawasan laut,intervetebrata air, amonit merupakan organism yang paling menonjol. Pada periode ini binatang-binatang yang menguasai daratan, lautan, dan udara adalah reptil.
g.              Periode Kretaceous ( 145 – 65 juta tahun yang lalu )
Episode akhir dari masa mesozoikum adalah periode kretaceous, berasal dari kata latin untuk kapur (creta). Dari banyaknya kandungan kapur dari masa ini yang membentuk tebing sepanjang selat Inggris antara Inggris raya dengan Prancis. Periode ini berlangsung lebih lama dari penerusnya, seperti yang terjadi pada era kenozoikum.
Beberapa perubahan semacam itu mempengaruhi bentang alam dan ekologi bumi, yang terjadi pada saat kemunculan angionospermae atau tanaman – tanaman kembang sekitar 130 juta tahun yang lalu.
Tumbuhan Angionospermae bukan satu-satunya tanaman yang mengikutsertakan binatang dalam proses polinasinya, begitu pula dengan cycadas yang dipolinasi dengan bantuan serangga sejenis kumbang.
h.             Periode paleosen (65-55,5 juta tahun yang lalu )
Periode paleosen merupakan masa paling awal dari masa tertier, mengambil masa antara 65 dan 55.5 juta tahun lalu. Penamaan masa ini diambil dari bahasa yunani,yang mengindikasikan kemunculan flora dan fauna jenis baru yang dihubungkan dengan jenis yang lebih tua dari masa kretaceous. Dunia pada masa tersebut merupakan sebuah tempat yang layak huni, dengan tipe cuacatropis dan subtropic sampai ke daerah kutub.
i.                Periode eosin ( 55,5 – 33,7 juta tahun yang lalu)
Masa setelah periode paleosen disebutdengan eosin. Diambil dari kata Yunani, eos (subuh), dan ceno (baru), atau saat fajar dari bentuk fosil baru. Pada saat akhir periode paleosen sampai kira-kira 50 juta tahun awal eosen, iklim global tumbuh menjadi lebih hangat. Banyak fauna yang muncul pertama kali pada masa awal eosen, diantaranya adalah primata dan mamalia berkuku yang berjari. Pada masa akhir eosen,es mulai terakumulasi di Antartika, dan ini merupakan awal dari zaman es terakhir bumi.
j.               Periode oligosen (33,7 – 23,8 jutatahun)
Zaman oligosen pada awal periode tertier, antar 33,7 sampai 23,8 juta tahun lalu. Zaman oligosen relatif berjangka waktu pendek, walau beberapa bentuk perubahan terjadi selama berlangsungnya zaman ini.
Transisi dari eosen ke oligosen membawa beberapa cirri perubahan besar: perubahan iklim global dari iklim basah dan tropis menjadi iklim yang lebih bermusim-musim, lebih kering, dan subtropis. Peristiwa itu adalah isyarat akan munculnya iklim dingin tertier.
Peristiwa-peristiwa tersebut memberikan efek yang serius pada lingkungan Asia Tengah dan Timur masa oligosen. Selandia Baru pada masa oligosen mengalami longsor dan tenggelam, sampai pada batas 2/3 Selandia Baru modern tertutupi lautan. Iklim yang lebih dingin dan lebih kering mempercepat evolusi dari jenis tumbuhan belukar, yang menjadi salah satu kelompok tumbuhan paling penting di muka bumi.
Tumbuhan rerumputan/belukar memiliki serat yang tinggi, rendah protein dan harus dikonsumsi dalam jumlah besar untuk mendapat nutrisi yang cukup. Namun, karena mereka mengandung pecahan-pecahan kerikil kecil yang dapat meratakan gigi hewan,pada akhirnya menyebabkan evolusi hewan-hewan ternak dengan gigi yang dapat beradapsi dengan jenis makanan tersebut, seperti jenis kuda merohippus.
k.             Periode miosen ( 23,8 – 5,3juta tahun)
Kata miosen berasal dari bahasa yunani yang berarti meion (kurang), danceno (baru). Selama periode ini ditemukan sedikit bentuk fosil baru daripada masa pliosen. Pada zaman tersebut suhu menjadi lebih hangat dari pada zaman oligosen atau masa pliosen.
Tenggelamnya lautan dangkal seperti laut Tethys yang ditutupi oleh jembatan darat alami antara Afrika dan Eurasia, membendung laut mediterania, merupakan pengaruh lebih jauh dari perubahan iklim global dunia.
Kumpulan alga coklat besar yang disebut kelp menyangga proses evolusi kehidupan laut, seperti anjing laut, dan juga sekelompok ikan dan invertebrata. Walau kelp adalah sejenis tanaman, kelp tidak berhubungan dengan saudaranya di daratan.
Penelitian terhadap tanaman-tanaman zaman miosen hanya focus terhadap penelitian spora dan serbuk sari. Penelitian semacam itu menunjukkan bahwa pada akhir zaman miosen 95% benih-benih familia tanaman muncul dan tidak ada satu pun familia tanaman yang punah sejak masa pertengahan miosen.
l.                Periode Pliosen ( 5,3 – 1,8 juta tahun)
Zaman terakhir dari periode Tertier disebut zaman pliosen yang berasal dari bahasa Yunani pleion (lebih) dan ceno (baru) yang berarti bahwa pada masa itu terdapat lebih banyak bentuk fosil dari pada zaman sebelumnya. Iklim dingin yang dimulai sejak zaman eosen terus berlangsung sampai masa pliosen.
Sementara itu, dunia pada masa/ periode pliosen beriklim lebih hangat dari pada masa kini, sekitar 2 juta tahun lapisan es menutupi kedua kutub, dan selama masa pleistosen grassier berulang kali bergerak maju dan mundur pada beberapa area di muka bumi.
m.           Periode pleistosen (1,8 juta tahun – 10.000 tahun )
Zaman pleistosen terjadi antara 1,8 juta tahun lalu sampai dengan permulaan holosen sekitar 10.000 tahun lalu. Pleistosen berasal dari bahasa Yunani, pleistosen (sebagain besar) dan cero (baru). Pada permulaan pleistosen, dunia memasuki periode yang lebih dingin karena perpindahan tahap glasial menuju tahap interglasial.
Tundra adalah dunia dari tanah yang membeku abadi, dengan musim tumbuh tanaman yang sangat pendek yang kebanyakan merupakan lumut, liken dan alang-alang. Di daerah dengan ketinggian yang lebih rendah iklim yang lebih kering membawa jenis vegetasi gurun.
2.             Persebaran Tumbuhan dan Hewan di Bumi
Pada masa Benua Laurasia dan Gondwana, persebaran tumbuhan dan hewan senantiasa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada masa itu yang sangat ekstrem dan berubah-ubah dengan sangat cepat. Hal ini dikarenakan bumi belum memiliki biosfer yang kompleks seperti saat ini. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada saat itu sangat mempengaruhi pola persebaran tumbuhan dan hewan, serta mempengaruhi proses evolusi yang sedang berjalan. Persebaran flora dan fauna di muka bumi dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu :
a.        Penyebab Persebaran
1)   Tekanan populasi, semakin banyak/bertambahnya populasi akan menyebabkan kebutuhan akan persediaan bahan makanan menjadi semakin sulit dipenuhi sehingga menyebabkan migrasi.
2)   Persaingan, ketidakmampuan fauna dalam bersaing dalam memperebutkan wilayah kekuasaan dan bahan makanan yang dibutuhkan juga mendorong terjadinya migrasi ke daerah lain.
3)   Perubahan habitat, berubahnya lingkungan tempat tinggal dapat menyebabkan ketidakmampuan  dalam beradaptasi terhadap perubahan tersebut dan menjadi merasa tidak cocok untuk terus menempati daerah asal.
b.        Sarana persebaran
1)   Udara, dengan media udara fauna dapat bermigrasi dari kekuatan terbang sedangkan flora dapat menggunakan angin untuk bermigrasi dari berat-ringannya benih.
2)   Air, kemampuan fauna dalam berenang terutama hewan-hewan air menyebabkan perpindahan mudah terjadi.
Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tegantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan.
Jenis flora di suatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Flora di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan flora di daerah yang banyak curah hujannya. Di daerah tropis banyak hutan lebat,pohonnya tinggi-tinggi dan daunnya selalu hijau.
1)   Tanah, hampir semua fauna daratan menggunakan lahan sebagai media untuk berpindah tempat. Tanah banyak mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi pertumbuhan flora di dunia. Kadar kimiawi berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang  dapat hidup di suatu wilayah.
2)   Topografi, faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya dari permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut, demikian juga sebaliknya.
3)   Pengangkutan manusia, baik secara sengaja ataupun tidak manusia dapat menyebabkan perpindahan flora dan fauna.
c.         Hambatan Persebaran
1)        Hambatan iklim, keadaan iklim terutama yang bersifat ekstrem dapat menghambat persebaran misalnya kondisi temperature, kelembapan udara dan curah hujan. Faktor iklim termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembapan udara dan angin sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan setiap makhluk di dunia. Faktor suhu udara berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar matahari sangat diperlukan tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa. Kelembapan udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan, sedangkan angin berguna untuk proses penyerbukan. Faktor iklim yang berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewan juga berbeda.
2)        Hambatan edafik (tanah), tanah sangat berpengaruh bagi tanaman/ tumbuhan karena sangat memerlukan unsur hara, udara, kandungan air yang cukup. Lapisan tanah yang tipis dank eras membuat hewan-hewan yang terbiasa menggali tanah dan bertempat tinggal didalam tanah memilih mencari daerah yang lapisan tanahnya tebal dan gembur.
3)        Hambatan geografis, bentang alam muka bumi dapat menghambat persebaran flora dan fauna seperti samudra, padang pasir, sungai dan pegunungan.
4)        Hambatan biologis, kondisi lingkungan yang cocok untuk hidup serta persediaan bahan makanan yang melimpah menjadi faktor penghambat flora dan fauna dalam bermigrasi.Hal ini berkaitan dengan kecocokan dengan kondisi alam.
B.      Faktor Internal Dan Ekstern Yang Mempengaruhi Evolusi Makluk Hidup
Seperti yang sudah di ketahui bahwa bentang alam, bentuk lahan, atau bentuk muka bumi sangat berpengaruh pada jenis tumbuhan yang mau hidup. Selain itu, sebagian besar permukaan bumi ini berupa hamparan bentangan alam yang terlihat diselimuti oleh vegetasi. Bila diamati lebih mendalam ternyata terdapat kondisi dan situasi yang berbeda antara kawasan satu dengan kawasan lainnya. Tetapi kita hanya mempelajari sekelompok tumbuh-tumbuhan atau sekelompok hewan saja pengolongan ini dinamakan community.
Hal tersebut dapat dilihat adanya realitas hubungan timbal balik dalam bentuk aksi dan reaksi pada suatu tempat tertentu. Makna itu kita dapat memanfaatkan sebagai pola dasar dalam perencanaan kegiatan dan pembangunan pertanian, termasuk didalamnya ada kelestarian lingkungan hidup.
Penggunaan bentang alam atau bentuk muka muka bumi bagi pertumbuhan jenis-jenis tanaman (vegetasi) meliputi: untuk usaha tanaman pertanian atau nonpertanian, tanaman budidaya ataupun nonbudidaya atau untuk tanaman yang tumbuh secara alamiah atau karena di rekayasa oleh manusia.
Faktor yang menyebabkan suatu tanaman yang tumbuh tidak sama adalah suatu tempat yang berbedah. Seperti yang diketahui bahwa factor penyebab dapat di bedahkan menjadi dua, yaitu factor intern dan ekstern. Faktor-faktor dalam( intern) tersebut antara lain:
1.    Faktor Intern
Faktor intern ialah semua factor yang berasal dari dalam tanaman.
a.    Faktor Genetika
Gen sebagai factor pembawa keturunan suatu tanaman akan dapat berpengaruh terhadap tanaman itu sendiri di masa-masa yang akan datang. Sifat genetika suatu tanaman bisa berubah pada anak keturunannya akibat dari keadaan lingkungan, atau akibat yang lain yang dapat sifat-sifat asli gen.
b.    Modifikasi
Berkaitan dengan gennya suatu tanaman bahwa perubahan senantiasa biasa dapat terjadipada suatu jenis tanaman apapun.
c.    Factor Ketahanan Individu
Hal ini masih berkaitan dengan perubahan gen,senantiasa bias menimbulkan ketahanan suatu tanaman atau mungkin menghilangkan ketahanan individu suatu tanaman. Ketahanan individu yang dimaksudkan ialah kemampuan suatu individu tanaman untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau terhadap ganasnya musuh sesamanya.
d.   Faktor Aktivitas Penyebaran
Penyebaran jenis tanaman dapat digolongkan menjadi dua kategori yaitu penyebaran pasif dan aktif.Penyebaran pasif merupakan jenis penyebaran yang di tunjang aktifitas luar kemauan individu suatu jenis tanaman.Sedangkan penyebaran aktif merupakan penyebaran yang berasal dari kemauan suatu individu suatu tanaman
2.    Faktor Ekstern
Factor ekstern ini adalah factor yang berasal dari pengaruh luar (lingkungan) yang menjadi kediaman tumbuh-tumbuhan yang bersangkutan. Dan juga ada factor-faktor tersebut antara lain:
a.    Iklim
Keadaan iklim merupakan faktor yang paling penting bagi suatu kehidupa tanaman. Kondisi iklim yang berbeda di suatu daerah, secara tegas dapat membedakan jenis-jenis tanaman yang tumbuh, misalnya pisang tidak dapat tumbuh di daerah gurun, begitupun sebaliknya tanaman kaktus tidak dapat tumbuh di daerah yang selalu lembab sepanjang musim.
b.    Jenis tanah
Jenis tanah yang berbeda dapat mengakibatkan tanaman berubah. Sebab jenis tanah mempunyai perbedaan tentang: kadar air, jenis batuan, mineral tanah, kadar unsure hara, solum tanah, tekstur tanah, udara tanah dan bahan organik.
c.    Faktor tinggi tempat
Tinggi rendahnya suatu tempat dari permukan laut mengakibatkan terjadinya beda temperatur. Sedangkan suhu yang berbedah dapat membuat tanaman berbeda pula.
d.   Bentuk muka bumi
Bentuk muka bumi merupakan factor penentu yang cukup berperan. Muka bumi dapat dibedahkan menjadi dataran tinggi, dataran rendah, daerah lereng, daerah lembah, serta pantai dan rawa. Akibat beda bentuk muka bumi maka dapat dijumpai habitas dan komunitas khusus sifatnya. Keadaan habitas dan komunitas yang berbeda akan dijumpai jenis tumbuhan yang berbeda pula.
e.    Factor mutasi
Mutan atau zat yang dapat mengakibatkan proses mutasi bagi tanaman,sebagian besar berasal dari polutan. Polutan adalah akibat dari adanya pencemaran lingkungan hidup. Bagi tanaman yang tak mampu menyesuaikan diri dia akan mati dan punah, bagi mereka yang bertahan kemungkinan telah berubah karena sudah mengalami mutasi.
f.     Penyebab pasif
Demi kelangsungan hidupnya suatu tumbuhan banyak membutuhkan bantuana lam,bantuan itu bisa berupa: aliran air, gelombang arus laut, angin, hewan, dan lainnya. Bila benih atau bibit tumbuhan dapat terbawa oleh peristiwa alam tersebut dan dia mampu tumbuh dan berkembang berarti bahwa tumbuhan tersebut dapat memperluas wilayah penyebarannya kendatipun hal tersebut berjalan lambat namun pasti. [Fatchan:2013]
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa memang dalam waktu yang relatif lambat namun pasti, penyebaran harus terjadi. Di lain pihak, jenis tanaman itu dipaksa untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ditempatinya. Peristiwa ini menimbulkan suatu bentuk seragam (uniform) dimana keadaan vegetasi di daerah yang satu akan berbeda dengan daerah yang lainnya. Demikian pula aktivitas kegiatan manusia, meraka dengan kemampuan merekayasa yang dimilikinya, senantiasa selalu mempunyai keinginan yang sebenarnya bertentangan dengan kondisi alam. [Fatchan: 2013]
Perubahan yang menyimpang biasanya adalah akibat ulah manusia yang kian lama jumalahnya kian memadati bumi. Ekosistem yang sebenarnya sudah seimbang menjadi rusak karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Dengan dalih kemakmuran manusia yang hidup di bumi, mereka mengurus dan memeras sumber alam. Akan tetapi tidak perlu pesimis, penguasaan rekayasa dan teknologi yang bertanggung jawab oleh manusia, dapat mengubah dan mengembalikan kehidupan vegetasi seperti sedia kala. [Fatchan: 2013]

Tanaman Indikator
Untuk menelusuri jejak suatu wilayah tertentu kita dapat menggunakan beberapa faktor untuk digunakan sebagai variabel indikator seperti suatu komunitas tanaman di daerah tertentu, iklim dan pertimbangan pengetahuan tentang kondisi daerah yang bersifat lokal. Informasi yang bersifat lokal ini dapat mempersempit batasan areal pembahasan dan pengantar pengetahuan sumber alam khususnya tumbuh-tumbuhan yang lebih detail.
Masing-masing region atau daerah memiliki kondisi yang berbeda dipengaruhi oleh habitat yang bersangkutan, karena pada dasarnya lain habitat lain pula situasi dan kondisi regionnya. Perbedaan bentuk fisik habitat ( tinggi rendahnya lahan dari permukaan laut, lembah atau ngarai, berlereng atau tidak, jenis tanah, tekstur tanah dan lainnya ) mempengaruhi vegetasi yang menempati. Pada lahan bertanah subur banyak dijumpai tumbuh berbagai vegetasi yang biasanya bersifat produktif. Penelitian dan penyelidikan lebih jauh diareal ini dilakukan secara mendetail ( sempit ). Pada umumnya dapat dipakai sebagai pedoman untuk pengembangan vegetasi yang efektif untuk dasar pembangunan pertanian, dan perencanaan pembangunan kehutanan. Ada beberapa vegetasi yang tidak dapat digunakan sebagai indikator suatu daerah , karena jenis vegetasi tersebut hampir dapat tumbuh di seluruh jenis habitat, jenis bentuk landform dan landscape.


3.    Penyebaran Tumbuhan dan Hewan Serta Aspek yang Memberi Pengaruh.
Pada jaman modern seperti saat ini, manusia banyak yang berupaya untuk mengadakan perubahan buatan terhadap bentuk kehidupan tanaman yang mempengaruhi penyebaran dan distribusi berbagai jenis tanaman, terutama tanaman pertanian, baik secara kebetulan dalam pelaksanaan penelitian ataupun secara intensif diusahakan. Manusia dapat dikatakan sebagai pelaku ditributor paling utama bagi persebaran tumbuhan dan hewan. Akibatnya terjadi penyebaran dan perkembangan pertanian berkembang pesat diiringi dengan dampak pencemaran yang juga meningkat. Dengan keanekaragaman morfologi tanaman dan pengaruh letak geografis serta iklim daerah yang beragam pula distribusi yang dilakukan tidaklah sepenuhnya dapat dilakukan sesuai keinginan manusia. Pada dasarnya distribusi dan penyebaran suatu jenis tanaman di samping mempunyai bakat alam dari jenis tanaman itu sendiri, tiap tiap spesies sebenarnya juga mempunyai potensi untuk dapat berkembang lebih luas. Oleh karena itu di daerah-daerah yang arealnya masih luas pada dasarnya mempunyai peluang untuk diadakan kegiatan usaha ekstensifikasi, sebab di sana persaingan areal antar komoditi tanaman pertanian masih belum dirasakan (Fatchan, 2013).
Adapun beberapa perubahan yang memengaruhi tipe tanaman yang diusahakan untuk kegiatan pertanian antara lain :
a.         Perubahan Genetik
Merupakan perubahan yang diakibatkan oleh gen dari tanaman tersebut. Perubahan tersebut seperti hilangnya karakter utama yang menguntung kan tanaman tersebut.
b.        Perubahan Fisiologis
Pada umumnya merupakan perubahan hereditas, tetapi dalam situasi keadaan lain tanaman menunjukkan bentuk kehidupan suatu generasi yang tunggal yang hanya ada pada tanaman itu sendiri dan mengakibatkan tanaman itu menjadi langka.

c.         Perubahan Struktur Tanaman
Merupakan perubahan yang terjadi akibat dari susunan bentuk struktur tanaman yang berkembang tidak seperti biasanya ( karena diubah oleh manusia atau secara alami)
d.        Hilangnya kemampuan adaptasi dalam proses penyebaran
Bila kemampuan adaptasi suatu tanaman, baik intern maupun ekstern akan dapat mengakibatkan proses lebih lanjut untuk tanaman yang bersangkutan. Misal jika suatu jenis tanaman yang ditanam (dipindahkan) di tempat lain dengan kondisi relatif tidak sama, tetapi ia dapat hidup walaupun tidak seratus persen normal. Peristiwa ini merupakan proses adaptasi ekstern yang berhasil.
e.         Hilangnya sifat kekebalan dan kekuatan
Kekuatan dan kekebalan suatu jenis tergantung pada bentuk dan model dan dari keadaan fisiologi tanaman itu sendiri, disamping faktor yang memengaruhinya (Fatchan, 2013).
f.         Meningkatkan ukuran biji dan buah
Dengan tujuan untuk memperbesar kuantitas, peristiwa ini terkadang justru malah merugikan bagi tanaman itu sendiri karena dapat menghambat usaha tanaman untuk berkembang dengan baik.
4.    Keanekaragaman dan penyebaran hewan dan tumbuhan di Muka Bumi
                        Hewan yang menyebar di muka bumi ini tak terlepas dari berbagai proses evolusi baik karena pengaruh kondisi biotik maupun abiotik. Pada dasarnya tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) yang hidup di permukaan bumi sangat beragam karakteristik, bentuk tubuh, struktur tubuh, dan lain lain. Untuk beradaptasi pun berbeda. Perbedaan ini dapat berdasar pada letak geografis, iklim dan banyak faktor lain. Pola persebaran flora dan fauna di Indonesi merupakan ada kemiripan dengan flora dan fauna di Australia, yaitu untuk bagian timur wilayah Indonesia. Sedangkan untuk Indonesia bagian barat, flora dan faunanya mempunyai kemiripan dengan flora dan fauna di Asia. Indonesia merupakan peralihan flora dan fauna dari Asia ke Australia. Dari peralihan tersebut akan menjadi suatu perbedaan bentuk, struktur maupun tingkah laku dari flora dan fauna (Fatchan, 2013).
                        Keanekaragaman flora dan fauna disuatu wilayah tidak lepas dari dukungan kondisi wilayah itu sendiri. Dukungan suatu kondisi wilayah terhadap keberadaan  flora dan fauna berupa faktor-faktor fisik ( abiotik) dan faktor non fisik (biotik). Faktor abiotik seperti iklim (suhu, kelembaban udara, angin), air, tanah, dan ketinggian. Yang termasuk faktor biotik adalah manusia, hewan dan tumbuhan. Atas penjelasan semacam itu, maka beberapa faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain faktor iklim, tanah, air, topografi, manusia, hewan dan tumbuhan.

5.    Persebaran fauna di dunia
Persebaran hewan di muka bumi didasarkan oleh faktor fisiografis, klimatik dan geotik yang berbeda antara wilayah satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan perbedaan jenis hewan disuatu wilayah.
Pada 1876 alfred russel wallace membagi wilayah persebaran fauna menjadi 8 bagian yaitu :
1.    Ethiopian
Wilayah persebarannya meliputi benua Afrika, dari sebelah selatan gurun sahara, madagaskar dan selatan saudi arabia. Wilayah Ethiopian juga memiliki hewan yang hampir sama dengan wilayah oriental
2.    Palearktik
Wilayah persebarannya sangat luas meliputi hampir seluruh benua eropa, rusia, daerah dekat kutub utara sampai pegunungan Himalaya kepulauan di eropa barat sampai jepang, selat bering di pantai pasifik, dan benua afrika paling utara, kondisi lingkungan di wilayah ini bervariasi baik perbedaan suhu, curah hujan maupun kondisi permukaan tanah, menyebabkan jenis faunanya bervariasi.



3.    Neartik
Wilayah persebarannya meliputi kawasan amerika serikat, amerika utara dekat kutub utara dan greenland. Didaerah ini juga terdapat beberapa jenis hewan yang ada di wilayah palearktik.
4.    Neotropical
Wilayah persebarannya meliputi amerika tengah, amerika selatan dan sebagian besar di meksiko. Iklim di wilayah ini sebagian besar beriklim tropis dan bagian selatan beriklim sedang.
5.    Oriental
Fauna di wilayah ini tersebar dikawasan asia terutama Asia selatan dan Asia tenggara. Fauna Indonesia yang masuk wilayah ini hanya Indonesia bagian barat.
6.    Australian
Wilayah ini mencangkup kawasan Australia, Selandia baru, Irian, maluku, dan pulau sekitarnya. Pada tipe ini beberapa jenis burung yang khas seperti Cendrawasih, Kasuari, Kakak tua, dan betet kelompok reptil antara lain buaya, kura-kura dan piton.
7.    Oceanic
Fauna di wilayah ini tersebar di kawasan kepualauan di Samudra Pasifik. Wilayah ini merupakan pengembangan dari wilayah Australian daratan dan spesifikasi fauna tertentu. Oleh karena itu jenis faunanya hampir sama dengan wilayah australia.
8.    Antartik
Wilayahnya mencangkup dikawasan kutub selatan. Dengan ciri khas berbulu tebal dan mampu menahan dingin.
Menurut Darlington (1966) dijumpai 6 kelompok besar golongan hewan di muka bumi ini. Golongan hewan tersebut dipetakan berdasarkan keadaan geografis dan karakteristik dominasi hewan yang ada. 6 golongan itu adalah neartic, neotropical, palearktik, ethiopian, oriental dan Australic. Selanjutnya Polunin (1966) menjelaskan bahwa secara spesifik wallace berdasarkan penelitiannya di Indonesia pada abad ke 19, dia memetakan beberapa penggolongan hewan di wilayah Indonesia. Penggolongan itu berdasarkan kondisi karakteristik hewan yang ada di beberapa wilayah Indonesia. Pemetaan Wallace di Indonesia dikenal dengan istilah garis Wallace yang membagi menjadi 3 golongan hewan yaitu golongan hewan asiatic, australic, dan peralihan.
C.      Modernisasi dan Penerapan Teknologi Mempengaruhi Morfologis dan Gen Tanaman
                   Pada zaman modern ini, manusia banyak yang berupaya untuk mengadakan perubahan-perubahan buatan terhadap bentuk kehidupan tanaman. Hal tersebut dapat berpengaruh pula terhadap penyebaran dan distribusi berbagai jenis tanaman, terutama tanaman pertanian, baik secara kebetulan dalam pelaksanaan penelitiannya ataupun secara intensif diusahakan. Manusia pada abad ke-20 ini rupa-rupanya merupakan faktor yang dominan dan potensial di dunia ilmu pengetahuan tanaman pertanian. Hal itu karena meningkatnya aktivitas manusia dalam menerapkan teknologi pertanian yang berperan penting dalam perkembangan dan perubahan tanaman dan hewan pertanian.
                   Agar produksi pangan dapat terjaga kestabilannya perlu diupayakan penerapan teknologi pertanian yang memadai, misalnya dengan melaksanakan beberapa kegiatan seperti tersebut di bawah ini:
1.      Penanganan pascapanen pada waktu melakukan distribusi dan transportasi, agar kehilangan produksi pada waktu pengangkutan dapat diperkecil.
2.      Pemberantasan gulma, rerumputan yang sebenarnya menganggu tanaman usaha tani harus dihilangkan, agar dapat mengurangi persaingan makanan yang dibutuhkan oleh tanaman usaha tani, sehingga produksinya dapat mencapai titik maksimum.
3.      Pemberantassan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman, jika dijumpai adanya gangguan hama dan penyakit perlu diadakan pemberantasan baik secara kimiawi, secara biologis, maupun secara secara fisik.
4.      Memperhatikan jarak yang optimal antara satu tanaman dengan tanaman lainnya, sebab masing-masing jenis tanaman mempunyai jarak optimal yang berbeda, dengan jarak yang optimal berarti pencapaian produksinya juga bisa mencapai titik optimal pula.
5.      Mengadakan proteksi atau pergiliran tanaman, suatu areal pada suatu saat akan mengalami kejenuhan terhadap jenis tanaman tertentu yang ditanam secara terus-menerus di setiap musim. Untuk menghindari kejenuhan tersebut perlu adanya upaya penggiliran jenis tanaman lain yang ditanam di areal tersebut.
6.      Perlakuan teknis-teknis pertanian lainnya yang bertujuan untuk  intensifnya hasil panen yang diharapkan, misalnya usaha-usaha: pemupukan, pengairan yang teratur, pengolahan tanah yang baik dan lain sebagainya.
         Sementara akibat adanya perubahan yang telah dibuat oleh manusia, maka akan dapat dijumpai beberapa tipe tanaman yang berbeda, khususnya dalam bentuk dan struktur tanaman yang diusahakan untuk kegiatan usaha pertanian, antara lain adalah sebagai berikut.
1.        Perubahan Genetis
       Adalah perubahan akibat dari faktor dalam diri tanaman tersebut (faktor gen). Perubahan yang nampak adalah hilangnya karakter yang menguntungkan bagi suatu tanaman, guna untuk tetap bertahan hidup dalam kondisi alam aslinya.
2.         Perubahan Fisiologis
Pada umumnya perubahan akibat dari perubahan heriditas, tetapi dalam situasi keadaan lain tanaman menunjukan bentuk kehidupan suatu generasi yang “tunggal” yang hanya ada pada tanaman itu sendiri, akibatnya dapat menjadikan tanaman tersebut lambat laun menjadi dalam keadaan langkah. Hal ini terjadi misalnya karena adanya suatu jenis tanaman telah mengalami perubahan fisiologis tetapi dalam pertumbuhan jaringan/organ-organ tubuhnya mengalami pertumbuhan yang tidak serasi, sehingga mungkin tanaman itu akan mati karena terjadi transplantasi dan habitat yang tidak cocok. Lain halnya tanaman tersebut kebetulan hidup pada habitat yang sesuai, sehingga ia dapat hidup wajar dan terus dapat berkembang dengan baik.
3.         Perubahan Struktur Tanaman
Perubahan sering terjadi akibat dari susunan bentuk (struktur) tanaman yang berkembang tidak seperti biasanya (karena diubah oleh manusia atau secara alami). Pada umumnya sering berkaitan dengan perubahan dan perkembangan fisiologis tanaman dan sifat heriditas individu tanaman.
Contohnya, adanya sistem persemaian bagi suatu bibit tanaman sebelum ditanam di lahan, sebenarnya keadaan ini dapat melemahkan keadaan fisik tanaman karena akibat dari adanya persaingan antar tanaman dalam persemaian (perlu diketahui bahwa pada areal persemaian jarak masing-masing bibit dipadatkan sedemikian rupa sehingga bibit itu berdesak-desakan). Kendati pada masa ini persemaian ini dilakukan pemupukan hasilnya juga tidak menyenangkan.
Mengapa demikian? Masih hangat dalam ingatan kita bahwa masa kecil suatu bibit tanaman kebutuhan makanannya kebanyakan masih disuplai dari persediaan karbohidrat biji (lembaga tanaman). Perubahan lain yang nampak jelas adalah akibat dari upaya penyangkokan, okulasi, dan penyusunan yang dilakukan oleh manusia antara jenis tanaman yang satu dengan tanaman yang lain.
4.         Hilangnya Kemampuan Adaptasi dalam Proses Penyebaran
Bila kemampuan adaptasi suatu tanaman, baik adaptasi intern maupun ekstern, akan dapat mengakibatkan proses penyebaran lebih lanjut bagi tanaman yang bersangkutan. Misalnya penggunaan aroma buah, tapi kenyataannya buah-buah yang telah matang aromanya tidak berubah artinya tetap saja seperti dahulu. Peristiwa ini merupakan proses adaptasi intern yang tidak berhasil. Jika suatu jeis tanaman yang ditanam (dipindahkan) di tempat lain dengan kondisi relatif tidak sama, tetapi ia dapat hidup walaupun tidak normal seratus persen. Peristiwa ini merupakan proses adaptasi ekstern yang berhasil.
5.         Hilangnya Sifat Kekebalan dan Kekuatan
Kekuatan dan kekebalan suatu jenis tanaman tergantung pada bentuk dan  model dari keadaan fisiologis tanaman itu sendiri, di samping faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Contoh: pada suatu tanaman yang dilindungi oleh lapisan kulit luar (buah kemiri misalnya) ia akan lebih kebal dan lebih kuat, tetapi kekurangannya dalam proses tumbuhnya biji memakan waktu yang relatif cukup lama, jika dibandingkan dengan tanaman jenis polong-polongan yang kulit pelindung biji tidak sebegitu kuat, tetapi proses tumbuhnya biji relatif lebih cepat.
6.         Meningkatkan Ukuran Biji dan Buah
Demi mengejar kuantitas dilakukan dengan jalan memperbesar ukuran buah suatu tanaman dan memperbanyak jumlah biji/buah pepohonan. Peristiwa ini kadang-kadang justru malah merugikan bagi tanaman sendiri atau para petani mengusahakan. Bila ukuran buah tanaman diperbesar denga pemakaian obat perangsang hormon dengan tepat, tidak akan menjadi masalah, akan tetapi bila diikuti dengan penambahan jumlah akan lain masalahnya, bisa jadi mengakibatkan berkurangnya kesempatan tanaman untuk berkembang dengan baik. Demikian pula dengan penambahan jumlah bibit yang diperbanyak pada persatuan luar areal sebenarnya adalah pemborosan yang tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan prinsip ekonomi pertanian.



Daftar Pustaka

Fatchan, A. 2013. Geografi Tumbuhan dan Hewan. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Pratomo, Ichwan Dwi. 2010. Agihan Vegetasi Tumbuhan dan Hewan Pada Masa Benua Laurasia dan Gondwana. Online, (http://one-geo.blogspot.com/2010/01/agihan-vegetasi-tumbuhan-dan-hewan-pada.html), diakses tanggal 01 September 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar