RANGKUMAN
MATERI MATAKULIAH GEOLOGI UMUM
TUGAS
Dibuat untuk memenuhi
tugas rangkuman pembelajaran
matakuliah Geologi
Umum yang dibina oleh Drs. Mustofa, M.Pd
oleh:
Ahmad Salimudin
NIM: 140721600658
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
November 2014
GEOLOGI UMUM
BAB I
PENGERTIAN GEOLOGI
Geologi berasal dari bahasa Yunani: geo yang artinya bumi dan logos yang berarti ilmu (Bailey: 1936).
Jadi dari asal katanya geologi berarti ilmu yang mempelajari tentang bumi.
Seacara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumi, termasuk
komposisi, keterbentukan, dan
sejarahnya.
Hubunga geologi dengan geografi adalah
geologi akan mempengaruhi geografinya. Geo dalam geografi lebih tepat diartikan
sebagai world (dunia), sedangkan geo
pada geologi lebih tepat diartikan sebagai earth
(bumi). Dari hubungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa geografi memandang
bumi sebagaimana yang ada, seolah-olah statis, sedangkan geologi memandang bumi
selalu berubah (dinamis) sebagai akibat proses yang dialaminya.
BAB II
TEORI TERJADIYA BUMI
1.
TEORI KABUT (NEBULA)
Teori ini dikemukakan oleh Imanuel Kant
(Jerman) dan Pierre Laplace (Astronom Perancis) pada tahun 1775. Dalam teori
ini dikemukakan bahwa mula-mula ada awan debu panas yang berputar
perlahan-lahan dan semakin cepat akibat pemampatan gravitasional. Karena rotasi
yang semakin cepat maka gaya sentrifugal bertambah besar dan mendorong awan
debu ke luar, sehingga terbentuk gelangan-gelangan awan debu yang mengitari
pusatnya. Gelang-gelang awan ini kemudian saling tarik menarik membentuk
planet-planet.
2.
TEORI PLANETESIMAL
Teori ini dikemukakan oleh T.C.
Chamberlin (Geolog dari Univ. Chicago) dan F.R. Moulton (Astronom dari Univ.
Chicago) pada tahun 1905. Dalam teori ini dikemukakan bahwa mula-mula ada
bintang yang melintas dekat matahari, sehingga terjadi gaya gravitasi yang
mengakibatkan tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi. Materi-materi
ini kemudian mendingin dan memadat yang pada akhirnya membentuk planet yang
mengelilingi matahari.
3.
TEORI PASANG SURUT
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans
dan Harold Jeffreys pada tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati
matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada
matahari. Sebagian massa matahari tertarik keluar sehingga membentuk semacam
cerutu. Bagian yang menbentuk cerutu ini akan mengalami pendinginan dan
membentuk plnet-planet.
4.
TEORI BINTANG KEMBAR
Teori ini dikemukakan oleh Lyttleton
sekitar tahun 1956. Teori ini menyatakan bahwa pada mulanya terdapat sepasang
matahari kembar yang saling mengelilingi. Kemudian melintaslah sebuah bintang
yang menabrak. Matahari yang tertabrak ini lalu hancur menjadi materi-materi
kecil yang terus berputar mengelilingi matahari yang masih utuh. Materi-materi
kecil tadi kemudian mendingin dan menjadi planet.
5.
TEORI PROTOPLANET
Teori ini dikemukakan oleh C.V
Weizsaeker pada tahun 1940-an, kemudian teori ini disempurnakan oleh Gerarld P.
Kuiper pada tahun 1950-an. Teori ini mengungkapkan bahwa tata surya pada
mulanya berbentuk awan yang sangat luas yang terdiri atas debu, gas hidrogen
dan gas helium. Partikel-partikel awan ini kemudian saling tarik menarik,
berputar cepat dan teratur. Lama-kelamaan terbentuklah piringan cakram dimana
bagian tengahnya menggelembung dan bagian tepinya menyempit. Inti cakram yang
menggelembung kemudian menjadi matahari, sedangkan bagian tepinya menjadi
planet-planet.
BAB III
LAPISAN BUMI
Bumi tersusun atas beberapa
lapisan-lapisan. Mulai dari lapisan yang terluar hingga yang terdalam. Higgins
dan Kennedy (1971) mengatakan bahwa inti bumi terutama tersusun dari besi maka
temperaturnya berkisar 4.000-5.000o C. Di bawah tekanan lapisan di
atasnya besi akan lebur pada temperatur 3.700o C, yaitu pada sekitar
perbatasan Mantle dan inti bumi
bagian luar (Allison, 1974). Atas dasar perhitungan temperatur inti bumi
tersebut, muncul pendapat bahwa inti bumi berwujud gas, karena pada temperatur 4.000-5.000o
C materi padat akan lebur kemudian berubah menjadi gas. Dalam perkembangan
selanjutnya, oleh Stokes (1978) bumi dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu Kerak
Bumi (Crust), Selimut Bumi (Mantle) dan Inti Bumi (Core), yang penjelasannya
sebagai berikut.
1. Kerak Bumi (Crust)
Lapisan memiliki tebal berkisar antara
6-50 km. Tebal lapisan ini tidak sama di semua tempat, di benua sekitar 20-50
km, sedang di dasar laut 0-5 km atau bersama air laut di atasnya sekitar 10-12
km. Tersusun dari material padat yang kaya akan silisium dan alumunium. Pada
lapisan ini terdapat lapisan yang disebut dengan Lapisan Granitis, yaitu lapisan yang terdiri dari batuan granit,
dan Lapisan Basaltis, yaitu lapisan
yang kebanyakan tersusun dari materi basalt.
2. Selimut Bumu (Mantle)
Lapisan ini terletak di bawah kerak
bumi dan pada umumnya dibedakan atas tiga lapisan, yaitu:
a.
Litosfer
Ini adalah bagian paling atas dari
selimut bumi, terdiri dari materi berwujud padat dan kaya akan
silisium-alumunium, tebalnya sekitar 50-100 km.
b.
Astenosfer
Lapisan ini wujudnya agak kental, kaya
dengan silisium, alumunium dan magnesium. Tebalnya sekitar 130-160 km.
c.
Mesosfer
Lapisan ini mempunyai karakter yang
lebih tebal dan lebih berat. Lapisan ini kaya akan silisium dan magnesium.
Tebalnya sekitar 2.400-2.750 km.
3. Inti Bumi
Inti bumu merupakan lapisan bumi yang
paling dalam. Inti bumi juga dibagi lagi menjadi dua yaitu:
a.
Inti Bumi Luar (Outer Core)
Inti bumi luar ini diduga berwujud cair
sebab lapisan ini tidak dilalui gelombang tranversal. Tebal lapisan ini sekitar
2.160 km, tersusun dari materi yag kaya akan silisum, besi dan magnesium.
b.
Inti Bumi Dalam (Inner Core)
Inti bumi dalam memiliki tebal 1320 km
dan diduga berwujud padat. Lapisan inti bumi dalam tersusun dari materi yang
kaya akan nikel dan besi dengan densitas yang lebih besar.
BAB IV
MINERAL
Mineral adalah bahan alamiah yang
anorganik, umumnya berbentuk kristal, tersusun dari satu unsur atau senyawa
beberapa unsur dengan bentuk dan komposisi kimia tetap serta memiliki
sifat-sifat fisik yang khas (Wicarder, Reed, James. S. 2002). Ada lebih 3.500
jenis mineral namun hanya 20-an jenis mineral yang banyak dijumpai dalam batuan.
Berdasarkan kandungan kimianya, maka mineral-mineral dapat dikelompokkan atas
mineral-mineral silikat, oksida, sulfida, halida, karbonat dan sulfat.
1. Kelompok Mineral Silikat
Kelompok mineral silikat merupakan
persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan unsur-unsur lain yang bermuatan
positif. Mineral-mineral silikat dapat dikelompokkan atas mineral silikat
ferromagnesia dan nonferromagnesia. Mineral silikat ferromagnesia adalah
mineral silikat yang mengandung besi atau magnesium, contohnya adalah olivin
(banyak dalam batuan basa mirip butir-butir gula berwarna kuning atau hijau
namun ceratnya putih), Augit, Hornblende dan Biotit. Sedangkan mineral
nonferromagnesia adalah mineral silikat yang tidak mengandung besi atau magnesium. Termasuk di dalamanya adalah
Felspar dan Kuarsa.
2. Kelompok Mineral Oksida
Mineral oksida terbentuk dari
persenyawaan antara oksigen dengan unsur-unsur bermuatan positif. Umumnya lebih
kuat dari mineral lain kecuali mineral silikat tertentu dan umumnya lebih berat
dari mineral lain kecuali dengan mineral sulfida. Yang termasuk mineral oksida
adalah Korundum (Al2O3), Magnetit (Fe3O4),
Hematit (Fe2O3) dan Kasiterit (SnO2).
3. Kelompok Mineral Sulfida
Mineral sulfida terbentuk dari
penggabungan secara langsung dari unsur-unsur (besi, perak, tembaga, timah
hitam, zink, air raksa) dengan belerang. Beberapa diantara mineral sulfida
menjadi bahan tambang seperti Kalkopirit (C2FeS2),
Galena dan Spalerit (ZnS).
4. Kelompok Mineral Halida
Mineral halida dibentuk oleh
persenyawaan unsur dengan klor. Termasuk di dalamnya adalah mineral halid
(garam dapur atau NaCl) dan garam K (KCl).
5. Kelompok Mineral Karbonat
Mineral karbonat dibentuk oleh
persenyawaan dengan ion.
6. Kelompok Mineral Sulfat
Mineral sulfat dibentuk oleh
persenyawaan unsur dengan ion (SO4). Termasuk di dalamnya adalah
anhidrid (CaSO4), Gypsum (CaSO4.2H2O)
dan Barit (BaSO4).
Untuk mengetahui jenis mineral tersebut
tidaklah mudah, karena perlu keahlian khusus dalam penggunaan alat-alat
laboratorium. Beberapa ciri-ciri fisik yang dapat diamati untuk menentukan
jenis mineral tersebut antara lain.
1.
Bentuk Kristal (Crystalform), ada bermacam-macam
bentuk kristal yaitu bentuk kubus tetragonal, hexagonal, ortorombik, monoklin
dan triklin.
2.
Kekerasan Mineral (Hardness), berkenaan dengan
ketahanan mineral terhadap goresan. Kekerasan mineral dapat digolongkan menjadi
10 golongan yaitu golongan 1 sampai dengan golongan 10, dimana semakin besar
angkanya maka semakin tinggi pula tingkat kekerasan mineral tersebut. Intan
adalah mineral yang paling keras karena memiliki tingkat kekerasan pada level
10.
3.
Berat Jenis (Specific Gravity), diperoleh dengan
membandingkan berat mineral dengan berat air dengan volume yang sama.
4.
Bidang Belah/belahan (Cleavage), tendensi
mineral membelah pada bidang-bidang tertentu dengan arah tertentu. Di mana
ikatan atom lemah dan relatif sedikit maka disitulah mineral cenderung
membelah.
5.
Pecahan (Fracture), bentuk pecahan mineral
secara alamiah. Bentuknya dapat berupa Conchoidal,
bila pecahan mineral permukaannya melengkung seperti pecahan kaca, Huckly, bila permukaannya tajam-tajam, Splintery bila pecahan mineral
tipis-tipis dan Earthy bila pecahan
mineral seperti remah tanah.
6.
Warna (Colour), terlalu kasar karena warna
dipengaruhi oleh pengotoran unsur lain.
7.
Cerat (Steak), adalah warna serbuk mineral.
Lebih bagus dibanding warna karena tidak terpengaruh oleh pengotoran unsur
lain. Biasanya cerat diperoleh dengan menggoreskan mineral pada permukaan
poselin yang belum dipoles.
8.
Kilap (Luster), berkenaan dengan kenampakan
permukaan mineral dalam memantulkan cahaya ke mata kita. Metallic, jika memantulkan cahaya seperti logam. Non-metallic, ada beberapa istilah yang
digunakan seperti vitreous (seperti
kaca), resinous (seperti damar), greasy (kotor seperti permukaan yang
berlemak), pearly (seperti mutiara), silky (seperti sutera) dan dull (seperti tanah).
9.
Lain-lain seperti taste (rasa), touch (rasa
ketika disentuh), tenacity (sifat
kohesif yang dapat dilihat dari mudah tidaknya ditempa, dibengkokkan), sifat
kemagnetan, sifat kelistrikan, sifat radioaktif dan bau.
BAB V
BATUAN
Batuan adalah materi padat berupa mineral
maupun bahan organik yang menyusun bumi. Berdasarkan cara terjadinya, batuan
dapat digolongkan menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf
(malihan).
1. Batuan Beku
Batuan beku terbentuk dari magma yang
membeku. Menurut tempatnya membeku, dibedakan menjadi batuan beku dalam, korok
dan batuan beku luar. Batuan beku dalam adalah batuan beku yang membeku sebelum
mencapai permukaan bumi. Ciri khas batuan beku dalam adalah kristalnya besar
atau bertekstur kasar. Batuan beku luar adalah batuan yang membeku di luar
permukaan bumi. Batuan ini mengalami pendinginan yang cepat sehingga
kristal-kristal yang dihasilkan bertekstur halus. Sedangkan batuan beku korok
adalah celah kerak bumi. Biasanya kristalnya halus karena pembekuan dekat
dengan permukaan bumi tetapi di dalamnya terdapat kristal-kristal besar yang
terbawa dari batuan beku dalam yang dilalui dalam perjalanan. Contoh dari
batuan beku diantaranya adalah batu obsidian, granit, batu apung, riolit,
basalt, peridodit, gabro, diorit dan andesit.
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk lewat proses pengendapan, baik secara fisik maupun secara kimiawi.
Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan/erosi dapat digolongkan
menjadi:
a.
Sedimen Aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan
oleh tenaga air.
b.
Sedimen Aeolis/Aeris, yaitu sedimen yang
diendapkan oleh tenaga angin.
c.
Sedimen Glasial, yaitu sedimen yang dingkut oleh
tenaga gletser.
Klasifikasi lain berdasarkan cara pengendapan:
a.
Batuan
Sedimen Klastis/Mekanik/Fisik, yaitu batuan sedimen yang diendapkan dalam
bentuk bahan-bahan padat hasil pelapukan dan erosi kemudian mengalami sementasi
dan litifikasi batuan sediman. Contoh batuan sedimen ini adalah konglomerat,
breksi, sandstone, batu lanau, claystone, shale (serpih) dan mudstone (batu lumpur).
b.
Batuan
Sedimen Kimiawi, yaitu batuan yang diendapkan secara kimiawi, misalnya batu
gamping, dolomit, stalagtit dan stalagmit dalam gua-gua kapur, gypsum,
travertin, dan lain-lain.
Dari klasifikasi tersebut maka dapat diketahui beberapa jenis batuan
sedimen diantaranya konglomerat, breksi, batu pasir kuarsa, arkose, batu lanau,
batu lumpur, batu lempung, gamping, batu dolomit, batu gips, batu garam, batu
rijang dan lain-lain. Selanjutnya adalah struktur batuan sedimen yaitu
kenampakan tubuh batuan sedimen. Beberapa diantaranya adalah:
a.
Paralel bedding/horizontal bedding
(Stratifikasi), yaitu kenampakan batuan sedimen yang memperlihatkan
perlapisan mendatar, terbentuk bila kondisi pengendapan bervariasi dari waktu
ke waktu.
b.
Cross bedding (Perlapisan silang siur),
yaitu kenampakan batuan sedimen yang miring satu sama lain, dapat dihasilkan
leh arus air ataupun pasir pada material halus seperti pasir.
c.
Graded bedding (Perlapisan pilihan),
yaitu kenampakan perlapisan batuan sedimen yang ukuran pertikelnya berubah
perlahan-lahan dari kasar di bagian bawah sampai halus di bagian atas.
Lingkungan terbentuknya perlapisan pilihan adalah lingkungan air seperti danau
dan laut.
d.
Lenticulair bed (Perlapisan membaji),
yaitu perlapian yang tebal lapisannya semakin tipis ke salah satu arah.
Biasanya terbentuk di muara-muara sungai.
e.
Mud-cracks (Struktur rekah kerut),
yaitu struktur yang terlihat pada permukaan batuan sedimen berupa
rekahan-rekahan.
f.
Ripple mark (Struktur gelembur
gelombang), biasanya dibentuk oleh gelombang atau arus yang mengalir di
atas bahan sedimen halus. Tinggi gelombang berkisar 5-10 cm dan panjang
gelombang mencapai 1 meter.
g.
Raindrop impression, yaitu struktur batuan sedimen berupa
lubang-lubang bekas tetesan air di permukaan batuan.
3. Batuan Metamorf (Malihan)
Batuan metamorf adalah batuan yang
berasal dari batuan lain yang mengalami perubahan fisik maupun kimiawi.
Penyebab metamorfosis pada intinya adalah temperatur yang tinggi dan atau
tekanan yang tinggi. Temperatur yang tinggi menyebabkan terjadinya
rekristalisasi sehingg kristal mineral penyusun batuan menjadi lebih besar,
atau meningkatnya kandungan unsur tertentu akibat unsur lain menguap. Sedangkan
jika terjadi tekanan yang tinggi maka umumnya terjadi pemipihan mineral,
sehingga membentuk batuan yang berfoliasi seperti batu tulis atau sabak, sekis
mika, granite gneiss. Proses
metomorfosis dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Geothermal
alterasi, yaitu metamorfosis sebagai akibat naiknya temperatur di tempat
yang dalam. Beberapa mineral akan mengalami rekristalisasi menghasilkan
kristal-kristal yang lebih besar.
b.
Hidrothermal
alterasi, yaitu metamorfosis yang disebabkan oleh cairan magma panas atau
air tanah yang mengalami pemanasan. Contoh felspar yang keras menjadi liat
kaolin yang lunak.
c.
Pneumatholysis,
mirip dengan hidrothermal tetapi tenaga pengubahnya adalah gas panas. Komposisi
batuan akan mengalami perubahan sehingga menghasilkan batuan lain dari batuan
asalnya.
d.
Metamorfosis
sentuhan (Contact metamorphosis),
yaitu metamorfosa yang terjadi akibat magma bersentuhan dengan batuan. Karena
itu banyak dijumpai di sekitar batuan intrusi seperti batolit dan lakolit.
e.
Dinamo
metamorfosis (Dynamic metamorphosis),
yaitu metamorfosis yang terjadi karena tekanan yang tinggi yang dihasilkan oleh
gerak-gerak kerak bumi.
f.
Metasomatisme,
yaitu metamorfosis yang terjadi karena bercampurnya magma dengan batuan
membentuk mineral-mineral baru. Pada proses ini selain terjadi perubahan karena
adanya tambahan unsur lain, juga terjadi rekristalisasi karena magma panas.
Batuan metamorf juga memiliki tekstur
dan komposisi batuan. Tekstur batuan metamorf tidak didasarkan pada besarnya
butir-butir batuan melainkan dasar orientasi atau kecenderungan berlapis.
Tekstur batuan metamorf dibedakan atas:
a.
Tekstur
Foliasi, yaitu tekstur berlapis-lapis dimana butir-butir batuan penyusunnya
pipih sehingga memperlihatkan lapisan atau belahan ke arah mana batuan
cenderung membelah. Pipihnya butir-butir batuan sebagai akibat dari tekanan.
Termasuk di dalamnya adalah:
a)
Slaty,
bila batuan berlapis-lapis dengan permukaan belahan halus dan mudah dipisahkan
lewat bidang belah. Contohnya batu sabak.
b)
Phyllitic,
bila lapisannya sedikit lebih tebal, permukaan belahan agak kasar dibanding slaty. Contohnya Fillit
c)
Shcistose,
bila lapisannya lebih tebal dari phyllitic,
permukaan belahan bergelombang. Contohnya sekis mika
d)
Gneissic,
bila lapisannya tebal dan mineral-mineral berwarna gelap dan terang terpaisah
dengan tegas. Contohnya gneiss =
genes.
b.
Tekstur
Nonfoliasi, yaitu tekstur yang tidak menunjukkan kecenderungan berlapis.
Termasuk di dalamnya adalah marmer, quarzite, serpentinit dan antrasit.
Komposisi batuan metamorf sangat
bervariasi antara batuan metamorf yang satu dengan yang lain. Komposisi batuan
metamorf dibedakan menjadi:
a.
Monomineralik,
yaitu batuan metamorf yang terutama tersusun dari satu macam mineral saja.
Contohnya marmer, quartzite, antrasit.
b.
Multimineralik,
yaitu batuan metamorf yang tersusun dari ≥ 2 mineral dominan. Contohnya hornfels, sabak,
filit, sekis klorit, garnet dan genes.
Batuan di muka bumi ini pastinya
mengalami yang namanya siklus atau perputaran, yaitu yang dinamakan siklus
batuan. Batuan beku terbentuk dari magma yang mengalami pendinginan dan
kristalisasi. Selanjutnya batuan beku mengalami pelapukan yang memudahkan
proses erosi dan pengankutan, menjadi bahan sedimen. Bahan sedimen terangkut
oleh berbagai tenaga dan diendapkan di tempat lain, selanjutnya mengalami
sedimentasi dan litifikasi menjadi batuan sedimen. Karena pengaruh tekanan atau
suhu yang tinggi maka batuan sedimen akan mengalami malihan dan menjadi batuan
malihan atau batuan metamorf. Dan akhirnya, bila batuan metamorf ini masuk
kembali ke lapisan dalam, akan lebur menjadi magma.
BAB VI
TEORI TEKTONIK GLOBAL
sejak orang mengetahui bentuk dan ukuran
benua dan lautan pada abad ke -18, timbul berbagai pemikiran mengenai perubahan
yang dialami bumi. Diantaranya adalah tentang persebaran benua dan pulau yang
ada di permukaan bumi. Beberapa teori tektonik global antara lain adalah:
1.
Teori
Kontraksi
Teori ini dikemukakan oleh James Dana
di Amerika Serikat (1847) dan Elie de Baumant di Eropa (1852). Mereka
mengemukakan pendapatnya mengenai permukaan bumi yang tidak rata. James Dana
berpendapat bahwa permukaan bumi tidak rata karena bagian bawahnya mengalami
pendinginan secara drastis sehingga permukaan bumi mengerut.
2. Teori Dua Benua
Teori ini dikemukakan oleh Eduard Zuess
dan Frank B. Taylor bahwa menurut pandangannya mula-mula ada dua benua yang
berlokasi di kedua kutub bumi. Benua-benua tersebut diberi nama Laurasia di
utara dan Gondwana di selatan. Kemudian keduanya bergerak perlahan-lahan kearah
ekuator, terpecah menjadi beberapa benua seperti yang sekarang ada. Amerika
Selatan, Australia, India dikatakan dahulu bagian dari benua Gondwana, sedang
benua lain bagian dari benua Laurasia.
3. Teori Pergeseran Benua
Teori ini dikemukakan oleh Alfred
Wegener yang dalam bukunya The Origin of
Continen’s and Ocean mengemukakan teorinya yang terkenal dengan teori
pergeseran benua (Continental Drift
Theory). Menurut Wegener, semula benua-benua yang ada sekarang bergabung
menjadi satu yang diberi nama Benua Pangeae dan hanya ada satu lautan yaitu
Thetys. Permulaan Mesozoikum benua Pangeae ini bergerak secara perlahan-lahan
kearah ekuator dan ke arah barat melintasi lautan sehingga terpecah-pecah dan
menempati posisi seperti yang sekarang. Pegeseran ke arah ekuator didorong oleh
gaya sentrifugal akibat rotasi bumi, sedangkan pergeseran ke arah barat seperti
pergeseran pasang yang dipengaruhi oleh gaya tarik bulan dan rotasi.
4. Teori Konveksi
Teori ini dikemukakan oleh Arthur
Holmes. Dia mnegemukakan bahwa terdapat aliran konveksi dalam lapisan
Astenosfer dimana pengaruhnya sampai ke kerak bumi di atasnya. Penyebab dari
aliran konveksi ini diduga sebagai akibat perbedaan densitas di lapisan atas
dan bawah dalam astenosfer.
5. Teori Pemekaran Dasar Samudera
Teori ini dikemukakan oleh Robert
Diezt. Sesudah perang dunia ke II, sejak tahun 1950-an, alat-alat seperti
echosunder, magnetometer, gravitemeter, seismograf dan sebagainya mulai
dikembangkan sehingga memungkinkan penelitian di dasar laut yang dalam.
Terungkaplah bahwa bukan hanya benua yang bergeser melainkan dasar laut juga
mengalami pergeseran. Diketemukan adanya rangkaian pegunungan dasar laut yang
umumnya terletak di tengah dasar laut yang dikenal sebagai Mid-Ocean Ridge. Arah pergeseran dasar lau yaitu dari Mid-Ocean Ridge ke dua arah yang
berlawanan. Tahun 1962 Harry H. Hess dalam bukunya History of the Ocean Basin, mengemukakan hipotesisnya bahwa aliran
konveksi di astenosfer ada yang sampai di permukaan bumi yaitu Mid-Ocean Ridge.
Di puncak Mid-Ocean Ridge tersebut lava mengalir keluar kemudian menyebar ke
kedua lereng pegunungan tersebut. Ahli geologi dasar laut Amerika Serikat,
Robert Diezt, kemudian mengembangkan hipotesis Hess. Perkembangan penelitian
topografi dasar laut membawa bukti-bukti baru mengenai terjadinya pergeseran
dasar laut dari arah Mid-Ocean Ridge ke kedua sisinya. Peneyelidikan umur
sedimen dasar laut juga mendukung hipotesis tersebut, dimana semakin jauh dari
Mid-Ocean Ridge, maka semakin tua umur batuan sedimen.
BAB VII
STRUKTUR BATUAN SEKUNDER
Struktur atau bentuk susunan lapisan
batuan sebagai akibat dari perubahan yang dialami batuan, dapat dibedakan atas
stuktur primer dan struktur sekunder. Struktur primer adalah srtuktur yang
terbentuk pada saat pembentukan batuan seperti graded bedding, cross bedding, lenticulairbed, mud crack, ripple mark,
raindop impression dan sebagainya. Struktur sekunder adalah struktur yang
dihasilkan oleh proses deformasi dan dislokasi yang dialami batuan setelah
batuan terbentuk. Struktur batuan sekunder (distropik) terdiri dari:
1. Warping
(Pelengkungan), yaitu gerakan vertikal yang tidak merata di suatu
daerah khususnya yang berbatuan sedimen, akan menghasilkan perubahan struktur
perlapisan yang semula kurang lebih horizontal menjadi melengkung. Kalau
melengkung ke atas disebut dome (kubah) dan bila melengkung ke bawah disebut
cekungan (basin).
2. Folding
(Lipatan), yaitu struktur batuan akan mengalami pelipatan bila
menderita tekanan lemah tetapi berlangsung dalam waktu yang lama. Bagian puncak
lipatan disebut antiklin dan lembah lipatan disebut sinklin. Berdasarkan sumbu
lipatan, dikenal beberapa tipe dasar lipatan, yaitu:
a.
Lipatan simetris adalah lipatan yang antiklin
dan sinklinnya simetris atau sumbu lipatan tepat di tengah membagi dua sama
besar kedua bibir lipatan.
b.
Isoklin adalah lipatan tegak atau miring yang
sudut kemiringannya sama.
c.
Lipatan asimetris adalah lipatan yang antiklin
dan sinklinnya tidak simetris atau sumbu lipatannya tidak membagi dua sama
besar kedua bibir lipatan.
d.
Lipatan miring (overturned folded) adalah
lipatan yang salah satu bibir lipatan miring. Kedua bibir lipatan miring ke
arah yang sama tetapi tidak sama besar sudutnya.
e.
Lipatan rebah (recumbent) adalah sumbu lipatan
sudah medatar atau hampir mendatar.
f.
Monoklin adalah lengkungan yang menghubungkan
dua dataran.
3. Jointing
(Retakan), yaitu struktur yang terbentuk karena gaya regangan yang
menyebabkan batuan retak, namun tidak mengalami dislokasi atau masih
bersambung. Biasanya dijumpai pada batuan yang rapuh sehingga dengan tenaga
kecil saja sudah mengalami retak. Sepasang retakan disebut tectnonic joint (retakan yang terjadi karena tektonoik). Retakan
yang terjadi pada pipa kepundan yang telah nampak di permukaan akibat tererosi
dikenal dengan nama columnar joint,
sedang retak yang dijumpai di puncak lipatan dikenal sebagai tectonic joint.
4. Faulting
(Patahan atau Sesar). Patahan terjadi bila tekanan cukup kuat, melampaui
titik patah batuan, apalagi jika terjadinya cepat. Batuan tidak hanya
retak-retak tetapi terjadi pergeseran atau dislokasi sehingga tidak bersambung
lagi. Berdasarkan arah gerak blok batuan disepanjang bidang patahan dikenal
dengan beberapa tipe dasar patahan yaitu:
a.
Strike-siip
Fault/Transcurrent Fault adalah patahan yang arah gerakannya horizontal
dengan arah berlawanan.
b.
Dip-slip
Fault yaitu patahan yang gerakannya sepanjang bidang patahan miring. Kalau
gerakannya mengarah ke bawah sesuai dengan gaya berat disebut Normal Fault,
kalau gerakannya ke atas disebut Reverse Fault.
c.
Rotational
Fault (Hinge Fault) yaitu patahan yang gerakannya memutar pada bidang
patahan.
d.
Oblique-slip
Fault yaitu patahan yang gerakannya mendatar saling menjauhi atau arah lain
yang tidak termasuk dalam jenis patahan di atas.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan
bentukan-bentukan patahan antara lain:
1. Graben
atau Slenk, suatu depresi yang terbentuk antara dua patahan dimana blok
batuan yang diapit kedua patahan tersebut mengalami penurunan.
2. Horst,
kebalikan dari graben dimana blok batuan yang diapit kedua patahan mengalami
pengangkatan sehingga lebih tinggi dari daerah sekitar.
3. Fault
Scarp (Gawir Sesar), suatu dinding terjal yang dihasilkan oleh patahan
miring/dip-slip fault. Seringkali
tidak kelihatan lagi di lapangan karena mengalami erosi.
4. Step
Fault, patahan yang kelihatan bertangga karena terdiri dari serangkaian
patahan miring yang tidak sama tingginya.
5. Rift
Valley, suatu graben yang memanjang, kadang-kadang disebut depresi
tektonik.
6. Overthrust
Fault, suatu patahan terbalik yang arah gerakannya telah berubah ke
arah mendatar sehingga batuan terletak jauh dari tempat keluarnya.
Ciri-ciri sesar/patahan: breksi sesar,
milonit (tepung sesar), cermin sesar (permukaanm mengkilat karena gesekan
batuan), slicken side (permukaan
halus dengan alur-alur sejajar arah gerakan), zona sesar, omisi, dan barit.
BAB VIII
SEISME
Gempa bumi adalah getaran kerak bumi yang
dihasilkan oleh pelepasan energi akibat patahan. Gempa bmi merupakan peristiwa
alam yang paling banyak menimbulkan korban jiwa. Berdasarkan terjadinya gempa
bumi dapat diklasifikasika menjadi tiga yaitu:
1.
Gempa Tektonik
Gempa tektonik adalah gempa yang terjadi
karena gerak-gerak kerak bumi.
2.
Gempa Vulkanik
Gempa vulkanik adalah gempa yang terjadi karena gerakan
atau aktivitas magma dari dalam bumi.
3.
Gempa Terban atau Runtuhan
Gempa terban atau runtuhan adalah gempa yang karena adanya longsor
runtuhnya gua bawah tanah.
Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya gempa bumi juga dibagi
menjadi tiga jenis yaitu:
1.
Gempa Dangkal, yaitu gempa bumi yang
hiposentrumnya kurang dari 70 kilometer.
2.
Gempa Sedang, yaitu gempa bumi yang kedalaman hiposentrumnya
antara 70 sampai 300 kilometer.
3.
Gempa Dalam, yaitu gempa bumi yang kedalamn
hiposentrumnya lebih dari 300 kilometer. Gempa ini jarang terjadi karena hanya
dijumpai di zona subduksi dimana salah satu lempeng membenam masuk ke lapisan
dalam.
Gempa yang berpusat di dasar laut
kadang-kadang menghasilkan gelombang air yang sangat tinggi, kadang-kadang
mencapai 30 merer tingginya, itulah yang dinamakan dengan tsunami. Alat
pencatat gempa disebut dengan seismograf.
Pusat-pusat gempa bumi di dunia cenderung
terletak pada perbatasan lempeng-lempeng litosfer karena di tempat itulah
terjadi pergeseran kerak bumi, terutama tipe perbatasan convergent. Gempa-gempa besar dan paling sering terjadi umumnya
mengelompok dalam dua jalur, yaitu daerah Sirkum Pasifik (Chili, Amerika
Tengah, California, Kepulauan Alleuton, Jepang, Filipina, Indonesia, Selandia
Baru) dan daerah Sirkum Mediteran (Afrika Utara, Spanyol, Italia, Yugoslavia, Yunani,
Turki, Iran, India Utara, Thailand, Malaysia, Indonesia). Di Sirkum Pasifik
sendiri meliputi 80-90% dari seluruh gempa bumi di dunia. Daerah gempa lainnya
berkaitan dengan Mid-oceanic Ridge yang merupakan tipe batas lempeng divergen.
Umumnya gempa di atas lempeng divergen tergolong gempa dangkal.
Sudah diketahui bahwa gempa bumi
merupakan bencana alam yang sangat sulit untuk diramalkan kapan akan terjadi. Untuk
meminimalisir dampak dari bahaya gempa bumi maka diadakan mitigasi bencana.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh pada saat terjadi gempa bumi agar terhindar
dari bahaya gempa bumi antara lain:
1.
Segera keluar rumah atau bangunan dan mencari
tempat yang lapang seperti lapangan. Bila tidak sempat keluar rumah, usahakan
berlindung di bawah kolong meja, di samping tempat tidur di pojok/sudut rumah
dan sebagainya.
2.
Segera matikan listrik dan kompor agar tidak
terjadi korsluiting yang dapat menimbulkan kebakaran.
3.
Bila berada di luar rumah, hindari berada di
lereng curam atau kai lereng, bawah pohon/tiang listrik, di bawah bangunan
besar dan sebagainya, agar terhidar dari runtuhan bangunan dan sebagainya.
4.
Bila sedang mengemudi, maka hentkanlah kendaraan
di tempat yang aman.
5.
Bila sedang berenang, segera keluar dari kolam.
6.
Bila sedang di daerah pantai, gelombang tsunami
merupakan bahaya besar karena kadang-kadang air laut tiba-tiba turun sehingga
banyak ikan yang tergeletak, menarik perhatian untuk mengumpulkan ikan, tetapi
sesaat kemudian akan datang datang gelombang besar. Jika meilhat fenomena
tersebut maka segeralah untuk berlari dan mencari tempat yang lebih tinggi.
BAB IX
VULKANISME
Vulkanisme berasal dari kata Vulcanus,
dewa api yang bangsa Yunani. Vulkanisme mengandung pengertian transport magma
dari dalam ke permukaan bumi. Vulkanisme adalah proses alam yang berhubungan
dengan kegiatan-kegiatan kegunungapian, mulai dari asal-usul pembentukan magma
di dalam bumi hingga kemunculannya di permukaan bumi dalam berbagai bentuk dan
kegiatannya. Bentuk gunung api di dunia secara umum ada tiga macam yaitu:
1. Gunung Api Kerucut
Bentuknya seperti kerucut, makin runcing ke puncak. Gunung
api ini dibangun oleh letusan gunung api yang terutama memuntahkan bahan-bahan
padat karena magmanya asam. Gunung api semacam ini disebut gunung api strato.
Gunung api di Indonesia kebanyakan merupakan gunung api strato.
2. Gunung Api Perisai
Bentuknya seperti perisai atau tameng, tingginya tidak
seberapa dibandingkan dengan diameter alasnya dan lerengnya landai. Dibentuk oleh letusan gunung api yang terutama
mengeluarkan lava yang mengalir karena magmanya basa sehingga setelah mencapai
permukaan bumi, magma tersebut mengalir ke segala arah membentuk lereng landai.
Contohnya gunung-gunung di Kepulauan Hawai seperti Mauna Loa, Mauna Kea,
Kilauea dan sebagainya.
3. Gunung Api Maar
Berbentuk lobang besar bekas letusan dahsyat pada masa
silam. Semula magmanya sangat asam dengan tekanan gas yang sangat tinggi
sehingga letusannya hebat, menghempaskan sebagian besar tubuh gunung api dan
menyisakan lobang besar bekas letusan.
Kalau terjadi letusan gunung api maka ada
material yang dikeluarkan berwujud cair yang dikenal dengan nama lava, ada
material padat yang disebut piroklastik dan ada gas. Lava yang mengalir keluar
merupakan magma yang mencapai permukaan bumi. Kalau lava banyak mengandung gas
dan cepat membeku, maka akan menghasilkan batuan beku yang berongga-rongga yang
dikenal dengan nama batu apung.
Bahan padat yang dihempaskan letusan
gunung api disebut piroklastik. Abu vulkanik yang bertumpuk-tumpuk mengeras
dikenal dengan nama tuff vulkanik. Batuan hasil letusan gunung api kalau sudah
melapuk , menjadi tanah yang subur karena banyak mengandung mineral yang
dibutuhkan tanaman. Berdasarkan ukuran bahan padat tersebut dikenal dengan
sebagai bom yaitu bongkahan batuan
berukuran lebih dari 64 mm, lapilli
yang berukuran 2-64 mm, pasir bila
berukuran 0,05-2 mm dan abu vulkanik
bila berukuran 0,002-0,05 mm. Kalau proses pendinginannya sangat cepat,
sehingga tidak mengkristal sama sekali maka akan membentuk gelas vulkan atau obsidian.
Gas yang dikeluarkan letusan gunung api
bermacam-macam, antara lain uap air, hidrogen, khlor, belerang, nitrogen,
karbon dioksida, karbn monoksida dan gas metan. Gas yang dikeluarkan tidak
melalui kawah gunung api saja, tetapi juga dari lubang-lubang pada lereng dan
kaki gunung api. Tempat yang terutama mengeluarkan gas berupa uap air disebut fumarol, yang mengeluarkan gas belerang
disebut solfatara dan yang
mengeluarkan gas asam arang disebut mofet.
Erupsi atau letusan gunung api terjadi
apabila tenaga gas dari dapur magma mampu mendobrak batuan penyusun kerak bumi.
Berdasarkan bentuk dan lokasi kepundan tempat keluarnya magma, erupsi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Erupsi Celah (Fissure Eruption), adalah
erupsi yang tidak melalui lubang kepundan gunung api melainkan mengalir keluar
melalui retakan-retakan batuan. Dengan demikian sifatnya effusif.
2. Erupsi Puncak (Summit Eruption), adalah
erupsi yang melalui pipa kepundan gunung api. Tidak seperti erupsi celah yang
berlangsung lama, erupsi puncak berlangsung dalam waktu yang pendek.
Adapun klasifikasi lain dari bentuk
erupsi adalah didasarkan pada penyebab erupsi. Erupsi tersebut antara lain
adalah:
1. Erupsi Magma (Magmatic eruption), yaitu
erupsi yang dihasilkan oleh dobrakan tekanan gas yang berasal dari dapur magma.
2. Erupsi Hidro (Hidroeruption), yaitu
erupsi yang dihasilkan oleh tekanan uap yang berasal dari pemanasan air di luar
magma.
3. Erupsi Preatik (Preatic eruption),
yaitu erupsi yang dihasilkan oleh
tekanan uap air dari air tanah yang mengalami pemanasan magma.
4. Erupsi Preato-magmatik (Preatomagmatic
Eruption), yaitu gabungan dari erupsi magma dan erupsi preatik.
Berdasarkan ciri-ciri letusan gunung api
di dunia, maka para ahli membagi letusan gunung api kedalam lima tipe, yaitu:
a.
Tipe
Islandia, mempunyai ciri-ciri erupsi sangat lemah, magma sangat cair.
Erupsi biasanya berlangsung berbulan-bulan.
b.
Tipe
Hawaii, ciri-cirinya erupsinya juga lemah, magma meleleh keluar karena
magma cair dan tekanan gasnya rendah, namun erupsinya berlangsung lama.
Contohnya gunung Mauna Loa, Mauna Kea dan Kilauea di Hawaii.
c.
Tipe
Stromboli, erupsinya tidak terlalu eksplosif, magmanya agak cair, tekanan
gas sedang dan dapur magma agak dalam. Selain mengeluarkan lava cair, juga
mengeluarkan material piroklastik.
d.
Tipe
Vulkano, cirinya erupsi lebih ekplosif dengan magma yang agak cair, tekanan
gas sedang dan dapur magma agak dalam. Tipe ini ditandai dengan awan debu yang
membumbung tinggi.
e.
Tipe
Pele, cirinya erupsi sangat kuat karena magma sangat kental, tekanan gasnya
tinggi dan dapur magma dalam.
Pada dasarnya aktivitas magma di dalam
perut bumi sangat sulit diketahui. Orang hanya dapat mengamati dan mengukur
beberapa gejala di permukaan bumi. Beberapa gejala-gejala vulkanisme yang dapat
diketahui antara lain.
1.
Sering terjadi gempa bumi di sekitar gunung api
tersebut.
2.
Pembumbungan, dimana gunung nampak bertambah
tinggi.
3.
Terjadi perubahan temperatur di sekitar gunung
tersebut. Perubahan temperatur ini dapat menyebabkan suhu air di sekitar daerah
vulkan meningkat bahkan bisa kering, sumber air panas meningkat serta banyak
binatang yang turun lereng.
4.
Perubahan komposisi gas karena adanya gas-gas
baru yang berasal dari magma.
5.
Komposisi lava dan abu vulkanik. Penelitian di
laboratorium terhadap lava dan abu vulkanik yang dikeluarkan vulkan dapat
menuntun ke arah ramalan kekuatan letusan. Khususnya yang berhubungan dengan
SiO2, bila kandungannya tinggi berarti magmanya bersifat asam
sehingga kemungkinan letusannya akan hebat.
6.
Perubahan medan magnet bumi, ini terjadi akibat
dari pengaruh panas dari magma.
7.
Sejarah letusan atau siklus letusan. Catatan
letusan suatu vulkan dapt meramalkan erupsi vulkan.
Setelah mengetahui gejala-gejala yang
timbul sebelum gunung api meletus, juga penting mengetahui mitigasi jika gunung
api tersebut benar-benar meletus. Beberapa mitigasi bencana vulkanisme yang
dapat dilakukan antara lain:
1.
Membangun rumah bertiang penopang atap lebih
rapat, diajurkan untuk beratap seng agar tahan terhadap panas lontaran batu
pijar dan kemiringan atap ≥
45o.
2.
Menyebarluaskan peta kerawanan bencana letusan
gunung api terkait kepada masyarakat umum secara periodik.
3.
Menyusun peta (sketsa) resiko bencana letusan
gunung api di tingkat gampong.
4.
Berpartisipasi aktif dalam merencanakan dan
membangun prasarana dan sarana pengungsian dan shelter ternak.
5.
Melakukan penghutanan kembali untuk mengurangi
resiko terjadinya banjir lahar, erosi dan gerakan massa.
6.
Menguatkan kelembagaan di tingkat masyarakat
sebagai bagian manajemen bencana berbasis masyarakat dengan dukungan
pemerintah, dunia usaha dan LSM.
7.
Menyusun petunjuk operasional penganggulangan
bencana letusan gunung api.
8.
Melakukan koordinasi dengan semua pihak yang
terkait secara rutin.
BAB X
STRATIGRAFI
Stratigrafi adalah susunan lapisan
sedimen dari waktu ke waktu. Perlapisan batuan sedimen mengandung makna penting
dalam menentukan umur relatif batuan dan lingkungan pengendapan dalam hubungan
ruang dan waktu. Ada tiga prinsip-prinsip stratigrafi menurut Steno, yaitu:
1. Prinsip kemendataran awal (The law of
original horizontality), menjelaskan bahwa proses pengendapan bahan sedimen
padaawalnya mendatar, kecuali sedimen kasar di lingkungan pengendapan non marin
sering membentuk sudut 30o menurut sudut hentinya
(angle of repose), misalnya pada kipas aluvial, endapan rombakan batuan dan
endapan vulkanik di lereng gunungapi.
2. Prinsip superposisi (The law of
superposition), menjelaskan bahwa dalam suatu pengendapan yang
berlapis-lapis, lapisan bawah yang diendapkan lebih awal dan berumur lebih tua
daripada lapisan-lapisan di atasnya. Prinsip ini hanya berlaku apabila
lapisan-lapisan tersebut belum mengalami gangguan misalnya mengalami pelipatan
rebah.
3. Prinsip kesinambungan menyamping (The law
of lateral continuety), menjelaskan bahwa perlapisan batuan sedimen menerus
melintasi ledok pengendapan, tidak diendapkan di satu tempat saja secara
vertikal. Oleh karena itu dalam suatu lingkungan pengendapan, suatu lapisan
masih dapat diketemukan lanjutannya ke samping.
Ciri batuan sedimen adalah
berlapis-lapis, pipih berbentuk lempengan. Pada batuan sedimen klastik,
penyebab perlapisan batuan adalah:
1.
Perubahan iklim, yang berpengaruh pada banyak
sedikitnya bahan sedimen yang diendapkan.
2.
Perubahan tinggi muka laut, berpengaruh pada
perbedaan ketinggian antara daerah asal sedimen dengan lingkungan pengendapan.
3.
Pengangkatan daerah asal sedimen, berpengaruh
pada besar kecilnya erosi, daya angkut sungai dan sifat batuan yang diendapkan.
4.
Pengaruh kimia, misalnya garam-garaman
menyebabkan terjadinya pengendapan secara kimiawi.
5.
Perlapisan karena organisme, misalnya pada kurun
waktu tertentu lingkungan memungkinkan hidup organisme diatomeae yang menghasilkan
endapan kersik, namun kurun waktu lain tidak memungkinkan, maka terbentuklah
lapisan yang berbeda.
·
Satuan-satuan
Stratigrafi:
1.
Lapisan, yaitu satuan perlapisan batuan terkecil
yang masih dapat diamati di lapangan.
2.
Formasi, yaitu lapisan-lapisan yang mempunyai
kesamaan tertentu misalnya kesamaan litologi.
3.
Anggota, yaitu suatu formasi yang dibagi ke
dalam anak bagian, misalnya formasi tersebut terdiri dari lapisan yang
berganti-ganti antara batu pasir-lempung-batu pasir- lempung, maka batu pasir
dan lempung disebut anggota.
4.
Kelompok, yaitu beberapa formasi yang yang
mempunyai persamaan sifat-sifat tertentu yang digabungkan.
·
Ketidakselarasan
dalam Stratigrafi:
Unkonformitas adalah tidak adanya
kesinambungan dalam urutan sedimentasi. Hal itu terjadi karena perubahan
kondisi lingkungan yang menyebabkan tidak terjadinya pengendapan pada waktu
tertentu. Adatiga jenis unkonformitas yang dijumpai pada batuan sedimen, yaitu:
1. Angular
Unconformity (Unkonformitas Menyudut), berkaitan dengan lapisan yang
lebih tua mengalami deformasi kemudian tererosi sebelum lapisan lebih muda
diendapkan di atasnya.
2. Disconformity
(Diskonformitas), yaitu unkonformitas yang permukaan lapisan tidak teratur
di antara lapisan mendatar yang disebabkan oleh berhentinya sedimentasi dan terjadi
erosi, tetapi tidak ada pemiringan lapisan. Diskonformitas mudah dikenali
karena lapisan di atas dan di bawahnya mendatar.
3. Nonconformity
(Nonkonformitas), yaitu dimana lapisan sedimen terletak di atas batuan beku
atau batuan metamorf. Jadi tidak ada hubungan antara batuan sedimen dengan
batuan beku/metamorf.
BAB XI
WAKTU GEOLOGI
Waktu adalah periode selama
suatu proses berlangsung, terjadi serangkaian kejadian yag tidak dapat diubah
lagi. Waktu sangat penting dalam kehidupan manusia, demikian juga dalam ilmu
pengetahuan termasuk dalam bidang geologi. Karena it para ahli geologi berusaha
menciptakan skala waktu geologi untuk mengungkapkan kejadian-kejadian geologis
seperti kapan terbentuknya bumi, kapan batuan terbentuk,kapan suatu daerah
pegunugan mengalami pelipatan dan sebagainya
Orang mesir kuno mengamati
dengan seksama perjalanan semu matahari lalu di hubungkan dengan zodiak, dan
kemudian menetapkan bahwa lamanya perjalanan matahari sampai kedudukan semula
disebut 1 tahun. Kemudian tahun 1964 para ahli ilmu alam berusaha mendapatkan
alat pengukur yang lebih akurat dengan menggunakan derajat getaran atom celcius 133. Jam celcium yang
tingkat kesalahannya sangat kecil yaitu < 1 detik/1000 tahun, sekarang
digunakan meluas di seluruh dunia dan orang meninggalkan pengukuran waktu
berdasrkan teori relativitas dari Einstein (Alison 1974).
Sadar akan pentngnya waktu,
maka para ahli geologi berusaha dengan segala kemampuan menafsir dang
menghitung umur bumi,umur unit-unit batuan, dan semua kejadian yang berhubungan
dengan bumi. Adapun bidang geologi yang berhubungan erat dengan penentuan umur
geologi terutama 3 sub spesialisasi geologi yaitu : Paleontologi yang
mempelajari fosil-fosil dalam rangka mengungkapkan kehidupan pada masa silam,
stratifikasi yang mempelajari lapisan batuan-batuan sedimen, dan geokhronologi
suatu sub spesialisasi gabungan antara geo kimia dan geofisika yang bekerja
menentukan umur absolut berdasrkan mineral yang terkandung di dalam batuan.
Akhirnya dikenal ada 2 macam ukuran waktu geologi yaitu umur relatif dan umur
absolut.
1.
Pengukuran umur relatif
Umur relatif berarti dalam
mengungkapkan umur belum dinyatakan secara tegas dengan skala waktu melainkan
hanya membandingkan mana yang lebih tua dan mana yang lebih muda.
Beberapa
metode pengukuran umur relatif :
a.
Metode Superposisi, prinsipnya adalah lapisan
batuan sedimen yang paling atas umurnya lebih muda dari daripada lapisan di
bawahnya.
b.
Metode Intertonguing, artinya batuan yang saling
memasuki/menembus satu sama lain. Kalau ini terjadi maka umur batuan tersebut
sama.
c.
Metode Intrusi, adanya magma yang membeku
pada batuan sedimen, artinya batuan intrusi tersebut umurya lebih muda daripada
batuan sedimen.
d.
Metode Metamorfosis, digunakan pada batuan
malihan.
e.
Metode Deformasi, digunakan pada proses
perubahan formasi batuan akibat adanya proses geologi seperti patahan atau
pelipatan.
f.
Suksessi Fauna, dapat diartikan pergantian
alam binatang.
2.
Pengukuran umur
mutlak/absolut
Istilah mutlak menunjukkan
bahwa para ahli telah melangkahkan lebih maju lagi dengan menggunakan skala
waktu yang kita kenal sehari-hari seperti tahun dalam menyatakan umur suatu
lapisan batuan.
Sejarah dengan meningkatnya perkembangan ilmu
pengetahuan, maka sejak tahun 1950an para ahli berhasil melakukan
pengukuran-pengukuran yang lebih reliabel dan dinyatakan dengan skala waktu
yang kita gunakan sehari-hari. Tetapi tidak bererti bahwa pengukuran umur
relatif sudah ditinggalkan sama sekali, karena dalam hal-hal tertentu justru
diperlukan umur relatif tanpa harus mencari tahu umur mutlaknya. Dengan
demikian maka dalam geologi keduanya berjalan seiring, saling melengkapi,
bahkan tidak jarang metode pengukuran umur relatif dibutuhkan misalnya dalam
penasabahan.
Seperti halnya penentuan umur relatif, ada beberapa
metode yang dikembangkn selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Mula-mula pra
ahli menentukn umur mutlk secara kasar dan terlalu teoritis dengan mendasarkan
pada intensitas proses-proses geologi. Dengan pendekatan yang demikian
diasumsikan bahwa proses-proses geologis yng diamati sekrng ini juga berlaku
pada masa silam.
Metode pengukuran umur mutlak/absolut :
a.
Metode pendinginan bumi, digunakan untuk mengukur
umur bumi dengan menghitung pendinginan bumi.
b.
Metode kadar garam air, digunakan untuk mengukur
umur laut.
c.
Metode tingkat sedimentasi, digunakan untuk mengukur
umur batua sedimen yang belum mengalami gangguan seperti pelipatan dan patahan.
d.
Metode tingkat erosi, prinsipnya sama dengan
metode tingkat sedimentasi, yaitu tebal lapisan yang tererosi diukur demikian
juga tingkat erosi setiap tahun diukur.
e.
Metode lingkaran pertumbuhan, digunakan mengukur umur
batuan sedimen.
f.
Metode radioaktif, dengan menggunakan
unsur-unsur radioaktif yang mana memancarkan sinar alpha, beta dan gamma. Beberapa metode radioaktif yaitu:
d. Metode Uranium-Timah Hitam,
memancarkan sinar alpha dan beta, yang mempunya waktu paruh 4.500 juta tahun
(Uranium 235) dan 713 juta tahun (Uranium 238).
e. Metode Potassium-Argon,
menangkap elektron dengan waktu paruh 1,3 x 109 tahun.
f. Metode Rubidium-Stronsium,
memancarkan partikel elektron, dengan waktu paruh 47 milyar tahun.
g. Metode Karbon-14, berasal
dari sinar kosmik luar angkasa, dengan waktu paruh 5.730 tahun.
h. Fission-track Dating
BAB XII
ASAL MULA
KEHIDUPAN di PERMUKAAN BUMI
Sejak manusia mulai
berpikir, manusia mengagumi dari masa ke masa asal usul organisme di bumi ini
termasuk asal mula manusia sendiri. Orang mulai memperhatikan bagaimana
binatang dan manusia kawin kemudian menghasilkan anak, bagaimana
tumbuh-tumbuhan berkembang biak hingga menutupi hampir seluruh permukaan bumi
kita. Muncul pemikiran bahwa karena wanitalah yang melahirkan maka berarti
hanya wanita yang terlibat dalam heriditas. Tetapi setelah mikroskop ditemukan,
orang melihat bahwa sperma laki-laki mengandung suatu miniatur organisme dewasa
sehingga dipikirkan lagi bahwa wanita hanya menyediakan lingkungan bagi
pertumbuhan janin.
Muncul
pula pemikiran bahwa organisme sederhana berasal dari anorganik di lingkungan
yang busuk. Buffon percaya bahwa
molekul-molekul organisme sederhana dilepas dari suatu pembusukan kemudian
bergabung membentuk organisme. Van
Helmont (1577-1644) mengatakan bahwa tikus dapat dihasilkan dengan mengisi
botol dengan gandum kemudian ditutupi dengan pakaian kotor perempuan (Dott,
1971). Akan tetapi pasteur pada awal tahun 1860-an membuktikan tidak adanya spontaneous generation :tidak akan ada
kehidupan yang terjadi dari anorganik dengan cara itu. Dia mengatakan bahwa
keturunan berasal dari indukya yang mentransfer sebagian dari inti selnya. Jadi
kelihatannya pada masa lalu orang mengacaukan antara asal mula kehidupan dengan
reproduksi/pembiakan.
Hingga
sekarang spekulasi yang ditemukan para ahli mengenai asal mula kehidupan di
bumi, yang pada intinya ada tiga pandangan yang dianut para ahli dewasa ini.
a.
Kelompok yang beranggapan bahwa kehidupan di bumi berasal dari Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dengan demikian sulit bahkan tak sapat didiskusikan lebih lanjut karena tidak
akan pernah berakhir pada suatu kesimpulan diluar keyakinan. Setiap orang yang
beragama dan berkeyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengakui akan kebenaran
pandangan ini tanpa perlu bukti-bukti yang menunjang.
b.
Kelompok yang beranggapan bahwa kehidupan di bumi berasal
dari benih hidup dari luar bumi. Mereka
mendasarkan pandangannya pada hasil penemuan belakangan ini dimana unsur-unsur
kimia dan senyawa-senyawa sederhana yang berkaitan dengan organisme banyak
terdapat di jagat raya diluar bumi. Demikian juga di dalam meteorit yang jatuh
di bumi, orang menemukan adanya senyawa-senyawa organik yaitu senyawa yang
jarang dijumpai di alam bebas selain membangun organisme. Sebagai contoh adalah
meteorit Chondrite yang jatuh di
selatan Australia pada bulan September tahun 1969 ternyata mengandung asam
amino yang diketahui merupakan unsur dasar dari kehidupan (Stokes,1973). Para
penganut pandangan ini merasa yakin bahwa kehidupan terbawa ke bumi baru
mengalami evolusi kimiawi menjadi organisme.
c.
Kelompok yang beranggapan bahwa kehidupan di bumi berasal dari anorganik yang ada di bumi. Pandangan
ini juga cukup menarik dan terus disempurnakan para ahli. Dari hasil penelitian
biologi dan kimia para ahli sampai pada kesimpulan bahwa pada awal-awal sejarah
bumi terjadi suatu evolusi kimiawi dari anorganik menjadi organik. Dalam hal
ini pengetahuan tentang keadaan bumi pada awal-awal sejarahnya cukup besar
peranannya. Seandainya benar kehidupan di bumi berasal dari evolusi anorganik
maka perlu ditelusuri tentang materi apa saja yang membangun organisme, ada
tidaknya unsur-unsur tersebut di bumi pada awal-awal sejarahnya, kekuatan apa
yang menggabungkan unsur-unsur anorganik secara teratur menjadi zat hidup,
sumber energi yagn akan menopong kelangsungan hidup organisme.
DAFTAR PUSTAKA
Ashlach,
Arif. 2012. Geologi Umum. (online), (http://arifashlach.blogspot.com/2012/04/geologi-umum.html).
Diakses tanggal 24 November 2014.
Buranda,
JP. 2010. Geologi Umum. Malang:
Laboratorium Universitas Negeri Malang.
Imam. 2011. Stratigrafi & Pengurutan Kejadian.
(online), (http://geologist24.blogspot.com/2011/09/statigrafi-pengurutan-kejadian.html).
Diakses tanggal 24 November 2014.
_______.
2011. Sejarah Terbentuknya Bumi.
(online), (http://geogrfiduniaku.blogspot.com/p/sejarah-terbentuknya-bumi.html). Diakses tanggal 22 November 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar