PELAPUKAN-PELAPUKAN
YANG TERJADI PADA BATUAN
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa
Indonesia Keilmuan
yang
dibina oleh Ibu Dewi Ariani
oleh
Ahmad
Prafianto 140721601420
Ahmad Salimudin 140721600658
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS ILMU
SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN
GEOGRAFI
September 2014
PENDAHULUAN
Bagian ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan
masalah, dan tujuan makalah. Paparan lebih lanjut sebagai berikut.
A. Latar Belakang
Bumi adalah
planet tempat tinggal makhluk hidup beserta isinya. Sebagai tempat tinggal
makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material
pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan yang terkandung di dalamnya. Permukaan
bumi yang kita tempati untuk tinggal ini tersusun atas batuan-batuan. Batuan
terjadi dengan berbagai cara. Mulai dari magma cair yang kemudian membeku
karena pengaruh suhu, atau juga fosil hewan atau tumbuhan yang membatu setelah
jutaan tahun akibat panas dan tekanan di dalam bumi. Seiring dengan berjalannya
waktu, batuan tersebut menjadi lapuk oleh air, angin, dan oleh faktor-faktor
kimiawi dan biologis lainnya. Adapun yang dapat ditelusuri lebih dalam pada
makalah ini adalah mengenai pelapukan yang terjadi di bumi.
Seperti diketahui
pelapukan adalah proses pengrusakkan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga
eksogen. Menurut Ollier (1963), pelapukan adalah proses penyesuaian kimia,
mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Proses eksogen berlangsung pada permukaan bumi dan tenaganya berasal dari luar
kulit bumi. Tenaga yang bekerja, mampu mengikis dan mengangkut material di
permukaan bumi. Proses pelapukan batuan dan perombakan batuan di permukaan bumi
akan membentuk sebuah morfologi di permukaan bumi. Pelapukan di setiap daerah
berbeda-beda tergantung unsur-unsur dari daerah tersebut. Misalnya di daerah
tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat
mencapai seratus meter, sedangkan daerah subtropis pelapukannya hanya beberapa
meter saja. Menurut proses terjadinya, pelapukan dibagi menjadi tiga, yaitu
pelapukan biologis, pelapukan mekanik dan pelapukan kimiawi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apa jenis-jenis pelapukan
yang terjadi di permukaan bumi dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
pelapukan?
2. Apa dampak dari pelapukan?
3. Bagaimana solusi mengatasi
dampak pelapukan?
C. Tujuan Penulisan
Mengacu
pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Memaparkan jenis-jenis
pelapukan dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelapukan.
2. Menjelaskan dampak dari
pelapukan.
3. Menjelaskan solusi untuk
mengatasi dampak pelapukan.
PEMBAHASAN
Adapun
pembahasan terkait dengan judul makalah yaitu Pelapukan-Pelapukan yang Terjadi
pada Batuan selengkapnya akan dijelaskan sebagai berikut.
A. Jenis-jenis
Pelapukan dan Faktor Penyebab Terjadinya Pelapukan
1.
Pelapukan
Fisik atau Mekanis
Pelapukan fisik atau mekanis yaitu
pelapukan yang disebabkan oleh perubahan volume batuan, dapat ditimbulkan oleh
perubahan kondisi lingkungan atau karena intrusi ke dalam rongga atau patahan
batuan. Pada pelapukan fisik ini terjadi disintegrasi batuan. Adapun
faktor-faktor yang memengaruhi pelapukan fisik yaitu sebagi berikut.
a.
Berkurangnya
Tekanan
Batuan beku yang penutupnya hilang menyebabkan volume
berkurang sehingga lingkungannya berubah, akibat selanjutnya tekanan pada
batuan itu berubah. Oleh karena tekanan berubah, maka kemampuan memuai atau menyusut
berbeda-beda pula pada permukaan batuan, sehingga terjadilah rekahan-rekahan
sejajar yang menyebabkan pengelupasan batuan (ekfoliation).
b.
Insolasi
Batuan yang terkena panas matahari akan memuai, tetapi
tingkat pemuaian bagian luar dan bagian dalam dari batuan tidak sama.
Ketidaksamaan tingkat pemuaian tersebut menyebabkan batuan mengalami pecah.
c.
Hidrasi
Oleh karena proses hidrasi menyebabkan air masuk ke dalam
pori-pori atau bidang belah mineral. Peristiwa ini didahului oleh pembentukan
mineral baru. Masuknya air ke dalam pori-pori atau bidang belah mineral
menyebabkan batuan menjadi lapuk.
d.
Akar
Tanaman
Akar tanaman yang masuk ke dalam batuan menyebabkan batuan
mengalami pelapukan fisik (pecah). Asam organik yang dikeluarkan akan menyebabkan
pelapukan kimiawi.
e.
Binatang
Binatang yang menggali batuan lunak menyababkan batuan
mengalami pelapukan fisik pada batuan tersebut.
f.
Hujan
dan Petir
Percikan air hujan dan petir menyebabkan batuan mengalami
pelapukan fisik.
g.
Perbedaan Warna Mineral
Perbedaan warna mineral pembentuk batuan meyebabkan perbedaan
pemuaian bagian-bagian batuan.
h.
Tekanan
Es (frost
wedging)
Pada suhu yang
sangat rendah, melebihi titik beku, air akan membeku menjadi es. Air yang
membeku mempunyai volume yang lebih besar sekitar 9 persen. Tekanan dari
membesarnya volume ini dapat menghancurkan batuan. Pembekuan air yang terdapat
di dalam pori-pori dan rekahan batuan menekan dinding di sekitarnya, dan dapat
menghancurkan batuan. Pelapukan mekanik ini umumya terjadi di daerah pegunungan
tinggi, atau daerah bermusim dingin. Penekanan dari pertambahan volume ini
paling efektif pada suhu antara -5o C sampai -15o C.
Proses ini menyebabkan batuan pecah karena mengalami beku celah (kryoturbasi)
i.
Salt Weathering
Di daerah iklim
kering, air menguap menyebabkan garam-garaman, misal NaCl, KgSO4,
KCL mengendap di dalam pori-pori batuan tersebut menekan batuan hingga pecah.
2.
Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimia atau dekomposisi
kimia adalah ‘penghancuran’ batuan oleh pengubahan kimia terhadap mineral-mineral
pembentuknya yang melibatkan beberapa reaksi penting antara unsur-unsur di
atmosfer dan mineral-mineral pada kerak bumi. Dalam proses-proses ini, struktur
dalam mineral semula terurai dan terbentuk mineral-mineral baru, dengan struktur
kristal baru yang stabil di atas permukaan bumi. Reaksi-reaksi yang demikian
menyebabkan terjadinya perubahan besar terhadap komposisi kimia, sifat fisik
batuan, sehingga dapat dikatakan proses dekomposisi. Misalnya mineral-mineral
yang terdapat dalam batuan beku dan metamorf terbentuk pada kondisi suhu
dan tekanan tinggi. Bila sampai di permukaan bumi, baik suhu maupun tekanannya
jauh lebih rendah dari kondisi saat pembentukan. Untuk mencapai keseimbangan
mineral tersebut terurai dan komponen komponennya membentuk mineral baru yang
lebih stabil pada lingkungan atmosfir.
Mineral-mineral yang terbentuk pada
awal pendinginan magma, pada suhu dan tekann tinggi, olivin dan kelompok
feldspar misalnya, akan lebih mudah mengalami pelapukan dipermukaan, karena
kondisinya jauh dibawah saat pembentukannya. Mineral yang terbentuk paling
akhir yaitu kuarsa, akan lebih tahan terhadap pelapukan karena kondisi
pembentukannya hampir mirip dengan permukaan. Bila kita ingat Seri Reaksi
Bowen, daya tahan mineral terhadap pelapukan adalah kebalikannya.
Air mempunyai peran utama dalam
pelapukan kimiawi, sedangkan peran utama dalam reaksi-reaksi kimia, sebagai
medium yang mentrasport unsur-unsur yang ada di atmosfir langsung ke
mineral-mineral pada batuan dimana reaksi dapat berlangsung. Air juga
memindahkan hasil pelapukan sehingga tersingkap sebagai batuan segar. Kecepatan
dan derajat pelapukan kimia sangat dipengaruhi oleh banyaknya hujan. Adapun
faktor-faktor yang memengaruhi pelapukan kimiawi yaitu sebagai berikut.
a)
Komposisi Batuan
Ada mineral
yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang, ada juga yang
sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang
akan lebih cepat lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen
dan gas asam arang.
b)
Iklim
Daerah yang
iklim basah dan panas, misalnya hujan tropis akan mempercepat proses reaksi
kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
c)
Ukuran Batuan
Makin kecil ukuran batuan, makin
intensif reaksi kimia pada batuan tersebut, berarti makin cepat pelapukannya.
d)
Vegetasi dan Binatang
Dalam hidupnya,
vegetasi dan binatang menghasilkan asam-asam tertentu, misalnya oksigen dan gas
asam arang, sehingga mudah bereaksi dengan batuan dan mempercepat pelapukan
pada batuan.
Jenis-jenis pelapukan kimiawi dapat dibedakan sebagai
berikut:
a)
Pelarutan atau penghancuran (Solution/dissolution)
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh mineral yang mengalami
dekomposisi karena pelarutan oleh air. Contohnya: kuarsa mengalami pelarutan
(SiO2 + 2H2O Si(OH)4)
b)
Hidrolisa
Yaitu pelapukan kimia yang
disebabkan oleh air bereaksi langsung dengan mineral penyusun batuan, terjadi
penggantian kation metal seperti K+, Na+, Ca+,
Mg+, oleh ion H+. Dekomposisi mineral yang disebabkan
oleh ion hidrogen diperlihatkan pada contoh mineral Kalium feldspar. Ion H+ masuk
ke dalam Kalium feldspar KAlSi3O8 dan mengganti ion
kalium yang keluar dari kristal dan terlarut. Air yang bercampur dengan sisa
molekul alumunium silikat membentuk mineral lempung Kaolinit {Al4Si4O10(OH)8}
Hidrolisa K Feldspar: KAlSi3O8 +
4H+ + 2H2O -----> 4K+ +
Al4Si4O10(OH)8 + 8SiO2
Kaolinit adalah mineral lempung yang
tidak terdapat pada batuan asal (original rock) dan terbentuk oleh
reaksi kimia, dan termasuk regolith. Reaksi kimia dimana ion dalam mineral
digantikan oleh ion-ion H+ dan OH- dalam air,
dinamakan proses hidrolisa, yang umum terjadi pada pelapukan kimia batuan.
c)
Karbonasi
Yaitu pelapukan
yang disebabkan oleh CO2 dan air membentuk senyawa ion bikarbonat
(HCO3) yang aktif bereaksi dengan mineral-mineral yang mengandung
kation-kation Fe, Ca, Mg, Na dan K. Pada proses ini terjadi dekomposisi pada
batuan atau perubahan fisik. Contohnya dekomposisi batuan gamping, dekomposisi
batuan granit, dekomposisi batuan gabro.
d)
Oksidasi
Yaitu pelapukan kimia yang
disebabkan oleh reaksi oksigen terhadap mineral besi pada batuan, terutama jika
batuan dalam keadaan basah. Unsur besi (fe), umum dijumpai dalam mineral
pembentuk batuan, termasuk biotit, augit dan hornblende. Apabila mineral ini mengalami
pelapukan kimia, besi terlepas dan segera teroksidasi dari Fe2+ menjadi
Fe3+ jika ada oksigen. Berlangsungnya oksidasi bersamaan dengan
hidrasi menghasilkan goethit, mineral berwarna kekuning-kuningan.
4FeO + 2H2O + O2
------> 4FeO.OH
Goethit jika mengalami proses
dehidrasi, kehilangan H2O, menjadi hematit. Hematit (Fe2O3)
berwarna merah bata.
Reaksi yang berlangsung adalah:
2FeO.OH ------> Fe2O3 + H2O
Intensitas
warna-warna ini pada batuan yang lapuk dan tanah, dapat dipergunakan untuk
mengetahui sudah berapa lama pelapukan berlangsung.
e)
Hidrasi
Yaitu pelapukan
kimia yang disebabkan oleh penyerapan air oleh mineral ke dalam struktur
kristal batuan. Contohnya adalah penambahan molekul air pada hematit yang
membentuk gutit, atau pada anhidrit yang membentuk gipsum.
f)
Desiliksi
Yaitu pelapukan
kimia yang di sebabkan oleh hilangnya silikat pada batuan, terutama basaltit.
g)
Pencucian (leaching)
Proses lain yang umum dijumpai pada
pelapukan kimiawi adalah leaching, merupakan kelanjutan pengambilan
material yang dapat larut dalam batuan atau regolith oleh air. Oleh karena itu,
sering juga proses ini disebut sebagai proses pelarutan atau dissolution.
Contohnya silika yang terlepas dari batuan oleh pelapukan kimia, sebagian
tertinggal dalam regolith yang kaya akan lempung dan sebagian perlahan-lahan
terlarut di dalam air yang mengalir di dalam tanah. Ion kalium yang terpisah
dari batuan, juga terlepas sebagai larutan dalam air.
Air dikenal sebagai pelarut yang
efektif dan universal, susunan molekulnya polar. Oleh sebab itu, mampu
melepaskan ikatan ion dalam mineral pada permukaan kontaknya. Beberapa jenis
batuan ada yang dapat larut seutuhnya dan terbawa hanyut. Contohnya batu garam
yang dapat larut seutuhnya. Gypsum dan batu gamping yang mineral utamanya CaCo3 juga
dapat larut, terutama bila airnya kaya akan asam karbondioksida.
3.
Pelapukan Biologis
Pelapukan biologis atau disebut juga
pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup,
bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah
panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram
batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan
lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa
menghancurkan batuan tersebut. Pelapukan biologis disebabkan oleh makhluk hidup
yang memecah batu baik secara fisik maupun kimia. Makhluk hidup penyebab
pelapukan ini mencakup berbagai macam organisme dari bakteri hingga tanaman dan
hewan. Misalnya, lumut memainkan peran penting dalam pelapukan karena mereka
kaya akan agen chelating yang menangkap unsur-unsur logam dari batuan yang
lapuk. Beberapa lumut hidup di permukaan batu (epilithic), beberapa aktif hingga
menembus permukaan batuan atau dalam batuan (endolithic), dan yang lain hidup
di cekungan dan retakan di batu (chasmolithic).
Sering kali terjadi kebingungan
dalam membedakan antara erosi dan pelapukan. Meskipun pada dasarnya terlihat
seperti peristiwa atau proses yang sama, sering kali hal ini yang berakibat
menyamakan erosi dengan pelapukan. Hal sebenarnya adalah ada perbedaan yang
sangat mendasar antara erosi dan pelapukan. Erosi terjadi pada saat partikel
batuan (pada umumnya terlepas oleh peristiwa pelapukan) berpindah dari batuan
asalnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh gravitasi, udara (angin), air atau es.
Pelapukan sendiri merupakan peristiwa yang menyebabkan partikel–partikel batuan
terlepas. Salah satu cara yang paling mudah untuk mengingat perbedaan pelapukan
dan erosi adalah jika gaya fisika atau kimia menyebabkan terlepasnya partikel
batuan dan partikel tersebut masih berada di tempat ia jatuh, maka peristiwa
tersebut pelapukan. Akan tetapi, bila partikel tersebut mulai bergerak atau
berpindah, peristiwa perpindahan tersebut adalah erosi. Pelapukan ini juga
disebabkan oleh intervensi binatang, tumbuhan dan manusia. Binatang yang dapat
melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga, lumut menghancurkan
batuan. Akar pohon dapat menghancurkan batuan.
B.
Dampak Pelapukan
Dampak yang ditimbulkan oleh pelapukan adalah
sebagai berikut:
1. Dampak Positif
a. Aktivitas pelapukan dapat menghasilkan
bentuk muka bumi yang indah dan menjadi objek wisata, contohnya Grand Canyon di
Amerika Serikat.
b. Pelapukan di daerah kapur dapat membentuk gua-gua
yang mempunyai stalaktit dan stalagmit yang dapat menjadi tujuan wisata, contoh
Goa Maharani di Lamongan, Goa Jatijajar dan Goa Petruk di Kebumen.
2. Dampak Negatif
a. Sebagai tenaga destruktif, pelapukan dapat merusak
batu-batuan termasuk bangunan-bangunan, terutama pada bagian dinding-dindingnya
sehingga sangat merugikan manusia.
b. Pelapukan juga dapat merusak batu-batu candi
sehingga sangat merugikan manusia.
C.
Cara
Mengatasi Pelapukan
1. Pelapukan
pada Kayu
Cara mencegah
atau memperlambat pelapukan kayu sebagai berikut.
a. Kayu
dikeringkan dengan alat khusus (dioven) untuk menurunkan kadar air.
b. Kayu dilapisi
cat atau pernis untuk mengurangi penyerapan air.
c. Kayu
ditempatkan di ruangan yang tidak lembab.
d. Kayu diberi
zat anti rayap.
2.
Pelapukan pada Batuan
Jika kalian mempunyai
patung atau benda-benda yang terbuat dari batu maka hendaknya jangan menaruh
patung tersebut di alam terbuka. Karena panas matahari dan cuaca yang berubah-ubah
akan mengakibatkan benda Anda yang terbuat dari batu tersebut akan cepat lapuk
dan pecah. Pelapukan juga akan menyebabkan perpecahan pada candi yang
diakibatkan oleh lumut serta unsur-unsur alam lainnya. Untuk itu maka
membersihkan lumut yang ada pada dinding-dinding candi akan membantu memperlambat
pelapukan serta dapat mempertahankan keindahan candi tersebut.
PENUTUP
Adapun penutup
pada makalah ini berupa simpulan dan saran yang selengkapnya akan dijelaskan
pada poin-poin di bawah sebagai berikut.
A. SIMPULAN
Pelapukan di permukaaan bumi sebagian besar
diakibatkan oleh tenaga eksogen yang terjadi di luar permukaan bumi. Pelapukan
yang terjadi pada permukaan bumi ada beberapa jenis diantaranya adalah
pelapukan biologis, kimiawi dan fisik atau mekanis. Pelapukan biologis
disebabkan oleh aktivitas organisme, sedangkan pelapukan kimiawi disebabkan
oleh proses kimia dan pelapukan fisik atau mekanis disebabkan oleh perubahan
atau perpecahan volume batuan. Faktor-faktor yang bekerja pada pelapukan fisik
antara lain berkurangnya tekana, akar tanaman, insolasi, hidrasi, binatang,
hujan dan petir, perbedaan warna mineral, tekanan es (frost wedging) dan salt
weathering. Pada pelapukan kimiawi
faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain komposisi batuan, iklim, ukuran
batuan, vegetasi dan binatang. Jenis-jenis pelapukan kimiawi meliputi,
pelarutan atau penghancuran (Solution/dissolution), hidrolisa, karbonasi,
oksidasi, hidrasi, desiliksi dan pencucian (leaching).
Pelapukan biologis terjadi karena adanya aktivitas
mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan atau manusia. Misalnya, lumut
memainkan peran penting dalam pelapukan karena mereka kaya akan agen chelating, yang menangkap unsur-unsur
logam dari batuan yang lapuk. Beberapa lumut hidup di permukaan batu
(epilithic), beberapa aktif hingga menembus permukaan batuan atau dalam batuan
(endolithic) dan yang lain hidup di cekungan dan retakan di batu
(chasmolithic). Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap
makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut.
Pelapukan
yang terjadi tentunya mempunyai dampak negatif dan dampak positif. Dampak
negatif yang dapat dirasakan akibat pelapukan adalah rusaknya dinding-dinding
candi akibat lumut dan juga dinding-dinding bangunan yang retak-retak akibat
dari akar tanaman yang ada di dekatnya.
Selain dampak negatif, ada pula dampak positifnya seperti, adanya
gua-gua pada daerah karst yang dapat di manfaatkan sebagai tempat wisata dan
sebagai tempat KKL atau pembelajaran bagi para mahasiswa.
B. SARAN
1.
Bagi Masyarakat
Saran bagi masyarakat, terutama para
pecinta patung-patung yang terbuat dari batu hendaknya tidak meletakan barang
kesayangannya dengan sembarangan. Selain lumut, cuaca yang tidak menentu juga
dapat menjadi penyebab patung-patung batu tersebut menjadi lapuk. Maka dari itu,
hendaknya masyarakat yang mencintai barang-barang dari batu meletaknnya barang
tersebut di tempat yang tertutup, misalnya di dalam ruangan rumah atau mungkin
dapat juga ditaruh di museum pribadi.
2.
Bagi Pemerintah
Bagi suatu kota yang mempunyai objek
wisata berupa candi-candi hendaknya pemerintah memperhatikan kebersihan pada
dinding-dinding candi tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga
kelestarian dari candi tersebut. Kita tahu bahwa candi berada di tempat yang
terbuka. Oleh karena itu, pelapukan dapat terjadi dengan lebih cepat. Lumut
adalah salah satu organisme yang sangat berperan dalam pelapukan pada
dinding-dinding candi. Oleh karena itu, pemerintah perlu membentuk
petugas-petugas kebersihan yang khusus untuk membersihkan dinding-dinding candi
tersebut. Untuk menjaga candi-candi tersebut, sebaiknya petugas-petugas
kebersihan candi tersebut ditugaskan untuk membersihkan dinding-dinding candi
itu dengan rentang waktu tidak terlalu lama, misalnya setiap dua atau tiga hari
sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Herlambang,
Sudarno. 2012. Bahan Ajar Dasar-dasar Geomorfologi. Malang.
Universitas Negeri Malang.
K.L, Frederik.
2012. Pelapukan dan Erosi. (Online), (http://fredatorinsting.blogspot.com/2012/01/pelapukan-dan-erosi.html),
diakses tanggal 20 Oktober 2014.
Limaretha, Ade
Lestiani, dkk. Pelapukan (pdf).
(Online),(https://docs.google.com/file/d/0B967vJIFVSMlSERaTURqWk5zMWs/edit),
diakses tanggal 18 Oktober 2014.
_____. 2012. Makalah Pelapukan. (Online), (http://fikarsul10.blogspot.com/2012/02/makalah-pelapukan.html),
diakses tanggal 18 Oktober 2014.
_____. 2012. Makalah Pelapukan (pdf). (Online), (https://docs.google.com/file/d/0B967vJIFVSMlS2VyaDdKQ2RBQ0U/edit),
diakses tanggal 18 Oktober 2014.
_____. 2009. Pelapukan. (Online), (http://sugirugeo.blogspot.com/2009/05/pelapukan.html),
diakses tanggal 18 Oktober 2014.
Saifudin,
Muhammad. 2013. Geografi: Pelapukan.
(Online), (http://bingkai-kita.blogspot.com/2013/04/geografi-pelapukan.html),
diakses tanggal 18 Oktober 2014.
Sipatriot,
Alif. 2013. Pelapukan Batuan.
(Online), (rizqigeos.blogspot.in/2013/05/ pelapukan-batuan.html?m=1), diakses
tanggal 18 Oktober 2014.
Tulisan terimakasih telah berkunjung mengganggu
BalasHapus